Dalam pengalaman ber'usaha' dua puluh tahun ini, selalu ada pertanyaan yang muncul setiap kali ada karyawan mengajukan resign, ya, mengapa mereka resign, mengapa mereka berhenti bekerja.
Pertanyaan ini selalu berusaha saya jawab dengan mengadakan sesi diskusi dengan karyawan yang akan resign. Meskipun ada juga yang resign nya tidak berhasil bertemu dengan saya secara empat mata, dan ini rata-rata adalah karyawan bermasalah.Â
Mengapa mereka berhenti bekerja. Ini alasannya umum secara global , tapi juga mirip dengan kondisi yang ada di Indonesia.
Pertama, kurangnya jenjang karir. Bagi perusahaan besar, kelihatannya ini bukan masalah, tapi ternyata tidak. Waktu saya bekerja di perusahaan besar, saya juga merasakan tidak bisa bergerak pindah dari satu posisi ke posisi lain, karena rumitnya jenjang karir. Bagi perusahaan kecil seharusnya lebih mudah. Maka di tempat saya, yang perusahaan kecil, saya bisa meminta orang pindah dari satu posisi ke posisi lain, dalam rangka jenjang karir. Tentu banyak alasannya. Nah, alasan ini menempati juga peringkat pertama. Terutama bagi orang-orang yang menurut mereka, karirnya sudah mentok. Karena tidak ada jenjang lagi diatasnya.Â
Sebenarnya tidak melulu urusan jenjang karir, namun lebih tepatnya besarnya tanggungjawab. Karyawan berprestasi, pasti tanggung jawabnya besar, dan ini sejujurnya juga adalah jenjang karir.Â
Kedua, gaji kurang sesuai. Alasan kedua ini paling mudah digunakan untuk menyatakan diri keluar dari perusahaan, oleh karena ada yang berani membayar mereka lebih tinggi. Alasan ini saya pahami, karena tidak mudah memang menaikkan gaji orang. Dan juga bukan karena mereka dibayar lebih tinggi, lalu kita menahan mereka. Membiarkan mereka pergi karena alasan ini juga tidak ada masalah. Bila mereka rasakan ternyata di tempat lain, gajinya besar tapi lebih stress, sangat mungkin mereka kembali lagi. Dan ini kejadian bukan? Tidak sedikit mereka akhirnya melihat, gaji bukan segalanya.Â
Ketiga. kurangnya perhatian atasan, terutama pemilik. Bagi perusahaan besar, mungkin sulit kelihatan, tapi dari kebijakan perusahaan akan kelihatan apakah mereka perhatian terhadap karyawannya. Bagi perusahaan kecil, ini lebih mudah dilihat. Kedekatan leader, pemimpin, direktur dengan timnya merupakan kekuatan tersendiri bagi karyawan/ tim. Maka memiliki atasan, pemimpin, leader, dan pemilik yang kurang bisa menginspirasi mereka, sering menjadi alasan mereka pindah.Â
Keempat, pekerjaan kurang berarti. Lucu ya, tapi ini yang terjadi. Ada yang bekerja di startup kecil, tapi mentereng, dikenal dimana-mana, jauh lebih bangga. Dibandingkan bekerja di perusahaan besar tapi tidak jadi siapa-siapa. Latar belakang perusahaan, kejelasan visi dan misi, hingga pemimpin menjadikan karyawan memandang pekerjaan mereka menjadi hal yang sangat penting. Posisi pekerjaan juga kadang kurang diperhatikan. Perusahaan besar membuat nama posisi yang begitu menarik, padahal kerjanya ya biasa saja. Dibandingkan perusahaan kecil, namanya General Manager, padahal kerjanya dari A-Z. Pekerjaan dan posisi kadang diperhatikan orang.Â
Kelimat. Pekerjaan diluar ekspektasi. Diminta mengerjakan A, ternyata A-Z. Pekerjaan di luar ekspektasi sering terjadi. Dan ini umumnya di perusahaan kecil / startup. Tapi di perusahan besar, tentu sangat spesifik, SOP jelas. Menjadi rumit bila karyawan yang merasa tertekan karena hal ini, sehingga mereka tidak tahan dan resign.Â
Keenam. Rekan kerja yang tidak baik. Ini banyak terjadi. Bekerja tapi tidak nyaman karena rekan kerja yang tidak bisa bekerjasama. Dan ini sangat melelahkan. Pemimpin kadang tidak mau dengar, tidak mau tahu. Sehingga mereka memilih keluar.
Ketujuh, kerja yang tidak fleksibel. Ini banyak terjadi, karena sekarang semasa pandemi, perusahaan diminta sangat fleksible. Banyak aturan yang harus disesuaikan. Tapi ada juga perusahaan yang sangat kaku. Dan ini membuat karyawan tidak betah.
Kedelapan, kurang dukungan kesejahteraan. Menarik ya, peraturan kesejahteraaan sudah ada. Tapi banyak perusahaan tidak melakukannya. Tidak ada BPJS Kesehatan, tidak ada BPJS Jamsostek, sakit dikejar-kejar, target turun dimarahi. Keluarga sakit membuat jadi rumit, dan perusahaan tidak mau tahu. Belum lagi urusan kontrak rumah, wah banyak sekali masalah kesejahteraan lain yang seringkali membuat kita pusing, dan karyawan tentu lebih pusing. Apakah kita peduli dengan hal ini? Ini yang menjadi hal penting juga yang diperhatikan karyawan.Â
Semua hal diatas memang membuat kita sebagai pengusaha pusing saat karyawan mengajukan resign. Tapi lebih baik dicari tahu mengapa mereka resign, dan kita bisa gunakan masukan, kritik dan saran untuk pengembangan usaha yang lebih baik.Â
Tetap semangat untuk bisnis anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H