Dalam perjalanan hidup saya, sekarang ini sudah hampir  memasuki 20 tahun ber'usaha'. Dimulai dari perjalanan langkah kecil keluar dari PT Altelindo Karya Mandiri di tahun 2002. Memulai PT Padutama System Technology bersama dengan rekan-rekan seperjuangan. Namun usaha kami mengalami kesulitan setelah dua tahun, ya belum lima tahun. Maka saya 'nekat' membuat usaha sendiri bernama CV Daya Cipta Mandiri di tahun 2005. Â
Maka sewaktu saya menemukan gambar ini, kembali kenangan itu terangkat kembali. Saya tidak merasa sepenuhnya sukses hingga saat ini, tapi setidaknya saya telah melewati akar-akar dari sukses yang ada.
Pertama, pengorbanan. Sewaktu memulai usaha sendiri, benar-benar sendiri, saya dalam kondisi tidak punya apa-apa lagi. Modal sudah habis, tidak punya cadangan dana, hanya punya Tuhan, laptop dan motor. Lalu saya memulai berhitung, berapa lama lagi ini bisa bertahan. Dan saya selama beberapa bulan menghidupi keluarga dari kartu kredit. Bukan contoh yang baik, tapi pada waktu itu, itulah solusi yang saya bisa dapatkan.Â
Pengorbanan diri kita sendiri, keluarga, terutama pasangan kita menjadi sangat penting. Faktor utama dari keberhasilan seorang pengusaha adalah ini, pengorbanan diri , pasangan , keluarga. Dan ini mungkin saja tidak akan pernah berhenti.Â
Kedua, kegalalan. Usaha CV DCM bukan juga merupakan usaha yang pertama, tapi bila kita takut gagal, maka kita tidak akan pernah sukses. Dari semua tempat kerja yang saya jalani sejak 1993 saya bekerja, saya belajar banyak hal. Saya mengambil hal-hal penting untuk bisa saya terapkan dalam kondisi kerja dan usaha saya saat ini.Â
Dari pengalaman di Bank Bali, saya belajar tentang konsistensi, belajar terus tanpa menyerah.
Dari pengalaman di Bank Modern, saya belajar tentang kekerabatan pekerja, saling mendukung.
Dari pengalaman saya di BII, saya belajar suasana kantor yang harus seperti di rumah, kekeluargaan.Â
Dari pengalaman saya di AKM, saya belajar tentang pengembangan bisnis, business development.Â
Ketiga, konsistensi. Menjadi pengusaha harus konsisten. Konsisten dengan semangat, mental, tidak menyerah. Konsisten dengan perkataannya, perbuatannya, sikapnya. Konsisten menjadi bagian dari kehidupan seorang pengusaha. Coba lihat, pengusaha yang tidak konsisten, mudah berubah, labil, usaha nya tidak akan bisa melewati lebih dari sepuluh tahun, bahkan lima tahun.Â
Keempat, resiko. Menjadi pengusaha, entrepreneur harus pertimbangkan resiko. Sudah memasuki usia usaha lebih dari sepuluh tahun lah baru kami berani mengembangkan diri. Resiko dihitung dengan benar. Istilah saya, calculated risk. Sehingga apapun yang kita kerjakan juga harus dipertimbangkan faktor resikonya.Â
Kelima, kritikan. Kritikan harus kita terima sebagai seorang pengusaha, entrepreneur. Jangan mudah tersinggung, jangan mudah baper. Kritikan kita anggap akan membangun kita. Saya selalu berusaha mendapatkan masukan, termasuk kritikan dari tim saya sendiri, bukan hanya orang lain. Dengan adanya kritikan, kita bisa mengevaluasi diri lebih baik.
Keenam, penolakan. Ini menarik. Saya berlatar belakang teknis, jadi seringkali kalau di tolak merasa jengkel. Pada awalnya demikian, pada saat saya belajar pengembangan bisnis (dan masih terus belajar hingga saat ini), saya mempelajari penolakan justru bagus. Orang menolak kita sebagai sales karena banyak hal, coba lihat faktornya. Demikian juga, mengapa customer tidak mau lagi berusaha dengan kita, bisnis dengan kita, kita juga harus lihat. Penolakan bukan hal buruk.Â
Ketujuh, disiplin. Ini yang sangat penting. Mengapa mereka (para konglomerat) bisa mengembangkan terus bisnisnya ? Karena ternyata hidup mereka sangat disiplin. Setidaknya saya mengikuti gerakan beberapa konglomerat semasa saya bekerja, mulai dari pemilik bank Bali, bank Modern hingga BII. Saya belajar satu hal, disiplin dalam kerja, dalam keluarga dan ibadah. Mereka punya modal ini untuk menjadi konglomerat.Â
Lalu bagaimana dengan anda? Sudahkan kita menerapkan tujuh akar kunci sukses seorang entrepreneur ? Belum terlambat, mari kita lakukan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H