Mohon tunggu...
fanky christian
fanky christian Mohon Tunggu... Full Time Blogger - IT Specialist, DCMSolusi, DCMGroup, EventCerdas, StartSMEup, JesusMyCEO, IndoBitubi, 521Indonesia

IT Specialist, khususnya infrastruktur, aktif di beberapa Asosiasi IT, suka mengajar dan menulis, fokus kepada IT , enterpreneurship, content marketing. Mengembangkan Daya Cipta Mandiri Group, EventCerdas, 521Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Mengukur Kadar Sukses Anda

25 Juli 2022   08:01 Diperbarui: 25 Juli 2022   08:09 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akar Sukses - Koleksi Pribadi

Keempat, resiko. Menjadi pengusaha, entrepreneur harus pertimbangkan resiko. Sudah memasuki usia usaha lebih dari sepuluh tahun lah baru kami berani mengembangkan diri. Resiko dihitung dengan benar. Istilah saya, calculated risk. Sehingga apapun yang kita kerjakan juga harus dipertimbangkan faktor resikonya. 

Kelima, kritikan. Kritikan harus kita terima sebagai seorang pengusaha, entrepreneur. Jangan mudah tersinggung, jangan mudah baper. Kritikan kita anggap akan membangun kita. Saya selalu berusaha mendapatkan masukan, termasuk kritikan dari tim saya sendiri, bukan hanya orang lain. Dengan adanya kritikan, kita bisa mengevaluasi diri lebih baik.

Keenam, penolakan. Ini menarik. Saya berlatar belakang teknis, jadi seringkali kalau di tolak merasa jengkel. Pada awalnya demikian, pada saat saya belajar pengembangan bisnis (dan masih terus belajar hingga saat ini), saya mempelajari penolakan justru bagus. Orang menolak kita sebagai sales karena banyak hal, coba lihat faktornya. Demikian juga, mengapa customer tidak mau lagi berusaha dengan kita, bisnis dengan kita, kita juga harus lihat. Penolakan bukan hal buruk. 

Ketujuh, disiplin. Ini yang sangat penting. Mengapa mereka (para konglomerat) bisa mengembangkan terus bisnisnya ? Karena ternyata hidup mereka sangat disiplin. Setidaknya saya mengikuti gerakan beberapa konglomerat semasa saya bekerja, mulai dari pemilik bank Bali, bank Modern hingga BII. Saya belajar satu hal, disiplin dalam kerja, dalam keluarga dan ibadah. Mereka punya modal ini untuk menjadi konglomerat. 

Lalu bagaimana dengan anda? Sudahkan kita menerapkan tujuh akar kunci sukses seorang entrepreneur ? Belum terlambat, mari kita lakukan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun