Indonesia negara yang mengakui 6 agama berbeda. Setiap umat yang menganut memiliki cara dan budaya untuk melaksanakan ibadah mereka. Lebih dari ribuan umat menganut agama yang sama belum tentu memiliki pola pikir yang serupa. Pemikiran ini kerap kali menimbulkan banyak pihak yang berselisih untuk menentukan umat yang paling baik.
Kegiatan ekskursi yang diadakan oleh Kolese Kanisius untuk para murid SMA. Siswa-siswa diajak untuk bisa budaya dan cara beribadah umat Muslim. Mencoba mengikuti gaya hidup dan saling bertukar pikiran menjadi jalan untuk bisa saling memahami.
Agama mayoritas tentu tidak menjadikan suatu negara mempunyai ideologi berdasarkan kepercayaan.Setiap umat di Indonesia memiliki kesempatan untuk menunjukkan aksinya dengan tindakan-tindakan nyata.
Kehidupan di pondok pesantren tentu berbeda dengan pengalaman retret. Kegiatan di pesantren mengajarkan kepada para murid-muridnya untuk siap menghadapi kerasnya dunia. Tempat tinggal yang sederhana, makan secara bersama, dan membersihkan lokasi secara piket. Pengalaman itu memiliki sebuah ajaran agar para santri terbiasa menghadapi dunia yang tidak nyaman.Â
Seseorang di dunia tentu harus memiliki semangat dan pengalaman yang tinggi. Kemampuan tersebut di saat ini menjadi aspek penilaian yang penting karena ada banyak tantangan zaman semakin berkembang. Sulit sekali untuk bisa bertahan jika tidak memiliki kemampuan menerima kondisi. Orang seringkali gagal karena tidak mampu menahan stress dari lingkungan.Â
Pendidikan di pesantren mengajarkan untuk bisa belajar, hidup sederhana, dan berdoa. Para santri belajar untuk bisa memaknai atas karunia yang diberikan melalui pengalaman yang dilalui. Kepedulian terhadap sesama menjadi contoh yang baik dalam menghadapi perkembangan. T
untutan nilai juga seringkali mengabaikan nilai agama yang tentunya masih penting. Kehidupan para santri mengajarkan untuk bisa tetap ingat akan Tuhan dari kegiatan yang padat. Jadwal yang padat tentu semakin perlu untuk dapat mengandalkan rahmat Tuhan.
Pendidikan di pesantren membuat para siswa-siswa ekskursi menjadi semakin kaya akan pengalaman. Berbaur dengan teman lintas agama membuat pemahaman karakter akan semakin kuat. Paus Fransiskus menyatakan kekagumannya terhadap Indonesia sebagai negara yang mampu menjaga persatuan dalam keberagaman.
 Ia memuji semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mencerminkan cara perbedaan-perbedaan di Indonesia tidak menjadi pemecah belah, melainkan kekuatan menyatukan. Sikap Paus Fransiskus menjadi teladan bagi para siswa Kanisius dan santri dalam menyikapi semangat Bhinneka Tunggal Ika.Â
Seorang yang toleransi tentu menghargai perbedaan yang ada. Kegiatan ekskursi dapat menjadi jalan untuk bisa saling mengenal budaya satu sama lain. Kunci dalam menghadapi perbedaan adalah dengan sering saling berdiskusi. Saling mengenal budaya menjadi jalan untuk bisa memahami satu sama lain dalam perbedaan.
Kejadian intoleransi di Indonesia masih sering terjadi. Aksi teror yang dilakukan oleh ISIS mengenakan pakaian bertuliskan jihad. Bom yang dirakit oleh tersangka berada di halaman gereja saat kebaktian. Kejadian ini memakan satu korban yaitu seorang balita yang meninggal akibat luka bakar yang serius. Tiga anak lainnya juga mengalami luka bakar serius akibat serpihan bom tersebut.Â
Ketegangan antarumat beragama diakibatkan karena kurangnya komunikasi. Kegiatan di ekskursi mengajak para siswa dan santri untuk bisa saling berdiskusi mengenai nilai Bhinneka Tunggal Ika. Memahami dan bertukar pikiran mengenai pentingnya peran Pancasila dalam kehidupan masyarakat majemuk.
Saya juga teringat pesan kepala pondok yang menjelaskan bahwa para santri memang dilatih agar siap menghadapi kehidupan yang sulit untuk kedepannya. Bermain dengan teman-teman santri membuat saya semakin diterima dalam lingkungan tersebut. Saya juga mengikuti seminar bersama dengan ustadz yang membahas mengenai moderasi agama. Â
Dari seminar tersebut saya belajar pentingnya menghargai perbedaan dengan tidak saling menyinggung satu sama lain. Sebagai bangsa yang memiliki perbedaan yang kuat, saling berdiskusi dengan teman lintas agama menjadi solusi untuk meredakan keanekaragaman budaya. Orang-orang yang mengatasnamakan agama untuk membuat kerusuhan merupakan oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.
Kisah toleransi di Indonesia sesuai dengan nilai Pancasila sila ke-2. Gambar rantai menjadi sebuah penanda pentingnya bersatu. Rantai yang tidak terikat menjadi sebuah benda yang rapuh. Persatuan antarumat layaknya rantai yang terhubung menjadikan kuat.
Di antara banyak masyarakat yang ingin memecah belah persatuan Indonesia dengan mencari perbedaan. Keanekaragaman di Indonesia membuat banyak masyarakat yang fokus terhadap perbedaan. Justru perbedaan itu sudah seharusnya dicari persamaan yang dapat menyatukan.Â
Saling memahami dan mengenal budaya membuat seseorang menjadi paham. Memaknai Pancasila sebagai nilai sebuah ideologi bangsa juga menjadikan keakraban. Pendidikan Pancasila untuk bisa menghormati agama yang lain dirasa harus melalui praktik secara nyata. Memahami secara teori tidaklah cukup karena pada dasarnya manusia tentu harus bersentuhan langsung secara nyata di lapangan.
Kegiatan di ekskursi juga terdapat seminar yang membahas nilai persatuan. Orang-orang yang melakukan kekerasan atas nama agama merupakan oknum. Seluruh agama pada dasarnya mengajarkan kebaikan terhadap sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H