Mohon tunggu...
Johanes Krisnomo
Johanes Krisnomo Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Penulis, YouTuber : Sketsa JoKris Jo, Photografer, dan Pekerja. Alumnus Kimia ITB dan praktisi di Industri Pangan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Penyakit Jarang Gerak dan Meja Kursi Tak Sesuai

6 September 2020   18:21 Diperbarui: 7 Oktober 2020   12:06 2489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kursi Kerja Ergonomis. Sumber : PerMenKes RI/No 48 Thn 2016/Standar K-3 Perkantoran

Ternganga, ternyata penyakit "jarang gerak" melanda diri! Berbulan-bulan, meski berselang-seling hari, mencoba memindahkan kegiatan kerja ke rumah, atau Bekerja dari Rumah (WFH), di saat pandemi Covid-19 melanda.

Posisi duduk tak nyaman, dengan laptop tak sejajar mata, rupanya menyakitkan sendi-sendi. Sekadar hiburan, jangan tanya soal makan-minum, aturannya tak seketat seperti di kantor yang ada batas waktunya.

Bekerja di ruang tamu, punggung belakang terpaksa melengkung ke belakang, sementara kepala menunduk, mengikuti arah mata ke monitor. Terlebih lagi, meeting online yang wajib diikuti sehari 2 kali, pagi-sore, semakin berat menahan bebannya sendi-sendi.

Berharap pandemi cepat berlalu, biaya melengkapi meja kursi standar kerja, masih belum terpenuhi karena anggaran masih dipakai untuk keperluan lainnya.

Lupa hingga terbawa arus, setelah meeting berakhir masih ada kegiatan lain di luar kerja yang menyenangkan, mengobati kejenuhan dengan musik-musik kesukaan, dan juga membaca tulisan atau berita-berita menarik lainnya hingga berjam-jam.

Liarnya berselancar, melupakan sejenak posisi meja kerja yang jelas-jelas tak mendukung kebugaran tubuh.

Kalau ingin nyaman, taati aturannya. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 Tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran, telah menjelaskan secara tuntas dan lugas.

Salah satu ketidaknyamanan, atau mengakibatkan bahaya kesehatan adalah bahaya ergonomi, dapat berasal dari desain kerja, layout, maupun aktivitas yang buruk. Contohnya meliputi posisi postur dan posisi meja-kursi.

Dinyatakan bahwa alas kursi harus disesuaikan di bawah tinggi lutut ketika kita berdiri.

Begitu pula, pada saat duduk, ada ruang yang cukup antara ujung kursi dengan siku kaki. Posisikan siku lengan sama tinggi dengan meja kerja, lengan bawah horizontal dan lengan atas menggantung bebas.

Tinggi sandaran pun harus disesuaikan agar punggung merasa nyaman bersandar dan menopang punggung bawah.

Posisi mata sama tingginya dengan bagian paling atas layar monitor. Letakkan layar monitor kurang lebih sepanjang lengan Anda. Pastikan letak monitor dan keyboard berada di tengah-tengah sumbu tubuh.

Kursi Kerja Ergonomis. Sumber : PerMenKes RI/No 48 Thn 2016/Standar K-3 Perkantoran
Kursi Kerja Ergonomis. Sumber : PerMenKes RI/No 48 Thn 2016/Standar K-3 Perkantoran
Begitulah bila ingin nyaman dalam bekerja, mendukung program WFH. Namun, untuk melengkapi meja-kursi sesuai persyaratan atau setidaknya mirip di kantor dalam hal bekerja dengan menggunakan laptop atau komputer, masih perlu biaya yang tidak sedikit.

Timbullah penyakit jarang gerak, badan pegal-pegal, punggung terasa sakit, sendi-sendi berkerenyit, dan lelah psikis melanda, bila tak dicarikan solusi. Salah satu solusinya adalah rajin berjalan kaki.

Dilansir dari Infografik Kompas.com, ada 9 manfaat jalan kaki, yaitu mampu meningkatkan kekebalan tubuh; memperbaiki suasana hati; meningkatkan kemampuan berpikir kreatif; memperkuat jantung; memperkuat tulang sendi; membakar kalori; dan menghasilkan energi.

Sumber : Infografik/Sembilan Manfaat Jalan Kaki/KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo/24/08/19.
Sumber : Infografik/Sembilan Manfaat Jalan Kaki/KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo/24/08/19.
Jalan kaki pada saat yang tepat, pagi dan sore hari, akan mendapatkan kemanfaatan lebih dari sinar matahari.

Beberapa ahli masih mendiskusikan waktu, pada umumnya dari mulai matahari terbit hingga pukul 9 pagi dan sore hari pukul 3 hingga matahari tenggelam.

Manfaat sinar matahari menurut para ahli, utamanya adalah mampu meningkatkan kadar serotonin yang mendukung peningkatan suasana hati, merasa tenang dan fokus, dan membantu tubuh memproduksi vitamin D secara alami yang penting untuk kesehatan tulang dan otak.

Selain itu, paparan sinar matahari mampu menjaga jantung tetap sehat.

Penyakit jarang gerak, yang diperparah dengan postur tubuh yang salah, akibat meja-kursi yang tidak sesuai syarat kesehatan, menyiratkan suatu keharusan berolahraga.

Jalan kaki di pagi dan sore hari ketika matahari bersinar adalah salah satu solusi yang mudah dan murah, agar badan sehat dan bugar selama pandemi Covid-19 yang mengharuskan bekerja dari rumah.

Bandung, 06 Sept 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun