Mohon tunggu...
Johanes Krisnomo
Johanes Krisnomo Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Penulis, YouTuber : Sketsa JoKris Jo, Photografer, dan Pekerja. Alumnus Kimia ITB dan praktisi di Industri Pangan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kantong Plastik, Berharap dari Daun dan Pelepah Pisang

10 Juli 2020   11:36 Diperbarui: 11 Juli 2020   12:00 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelarangan penggunaan kantong plastik per 1 Juli 2020 oleh Pemprov DKI Jakarta, dan kota-kota lainnya di Indonesia, menyisakan keraguan. Belum terbiasa, masih berlimpahnya ketersediaan kantong plastik, melemahkan pemahaman cemaran limbah plastik.    

Sejatinya bukan hanya sebatas kantong, tapi pengemas bahan pangan lainnya, masih banyak yang menggunakan plastik. Semisal sayuran segar dan buah-buahan  yang dikemas plastik di etalase swalayan. Belum lagi jajanan pasar dan gorengan, yang juga pakai kemasan plastik atau kantong.

Kalau kita amati, tempe contohnya, dahulu kala menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya, sebelum plastik seperti sekarang ini. Entahlah apa sebabnya, mungkin daun pisang sulit ditemui karena tak banyak lagi yang membudidayakan  pohon pisang.

Sayuran Dikemas Daun di Thailand. Sumber: internasional.kompas.com /Perfecthomes
Sayuran Dikemas Daun di Thailand. Sumber: internasional.kompas.com /Perfecthomes
Pelarangan penggunaan kantong plastik, hendaknya disertai dengan aturan tak boleh lagi ada pasokannya. Artinya, tak ada kantong plastik yang beredar, diperjualbelikan, dalam aktifitas keseharian.

Solusi pengurangan kantong plastik, selama ini telah dilakukan dengan  kantong berbayar dari kain atau plastik ramah lingkungan. Murah dan mudah didapat, masih banyak toko-toko dan pasar tradisional yang menggunakan kantong plastik.

Kebiasaan dulu, sebelum kantong plastik merajalela, para pedagang menggunakan daun pisang atau daun jati sebagai pengemas makanan dan sejenisnya. Kini, boros polusi bisa dibilang begitu, hampir semuanya pakai kantong plastik, meski sebenarnya cukup dijinjing atau disimpan di saku celana.

Dalam sebuah publikasi, Journal of Food Science and Technology, dinyatakan bahwa daun pisang mengandung senyawa antibakteri dan antioksidan tinggi. Dalam hal ini, antioksidan-nya adalah polifenol, seperti yang terdapat pada daun teh hijau.

Adanya kandungan antibakteri dan lilin yang terdapat di permukaan daun pisang, menjadikan daun tetap bersih dan tak perlu dicuci dengan sabun, cukup hanya dibilas air dan diseka.

Kelebihan lainnya, senyawa-senyawa yang terdapat pada daun pisang menyebabkan makanan berasa lebih lezat, ber-aroma daun, dan lebih awet karena antibakteri.

Kreativitas yang jeli, dapat dibuatkan kantong-kantong besar dari daun pisang, dalam rupa anyaman atau sesuatu yang lain, selain sebagai kemasan pertama pada sayuran, bumbu-bumbu dapur, buah-buahan dan lain-lain.

Terpulang pada kesadaran massal, dan sosialisasinya akan bahaya plastik bagi kesuburan dan daya dukung tanah, karena tak mampu menyerap dan menyimpan air. Belum lagi tersumbatnya aliran sungai akibat sampah plastik dan juga polusi tanah karena tak bisa jadi kompos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun