Ingin berbagi cerita, pada awalnya tak tahu lagi. Mau yang ini, jangan-jangan tak menarik, mau yang itu sepertinya biasa-biasa saja.
Bersyukur, bahwa anak-anak telah menyelesaikan pendidikan tingginya. Semisal, miskin pembaca sekalipun, banting-tulangnya ketika berproses akan memberi manfaat bagi yang merindukan keberhasilan dalam keterbatasan.
Kalau dibilang suksesnya tak memerlukan uang, bukan begitu maksudnya. Uang yang minimalis, masih bisa hidup berhemat, asalkan jelas tujuannya mau apa ke depannya.
Pandai-pandailah menabung!
Jangan mudah menggunakan uang, untuk keperluan yang tidak terencana. Persulitlah diri dengan cara tidak membawa uang tunai, ataupun kartu ATM yang penuh uang.
Bila perlu, memiliki lebih dari satu kartu ATM, dengan keperluan yang berbeda-beda. Pisahkan kartu harian, kartu biaya sekolah, atau kartu darurat dan lain-lainnya.
Hanya kartu ATM harian yang selalu dibawa-bawa, atau disimpan di dompet. Selain itu, cukup disimpan di rumah.
Dulu, waktu mesin ATM masih belum merajalela, tak mudah menggesek kartu untuk sesuatu yang tak direncanakan.
Yang dikatakan menabung, tak selamanya sesuai maksud awal, menabung untuk masa depan. Mudahnya ambil uang di ATM, seolah hanya merubah cara pembayaran tunai dan non-tunai saja.
Jadi, pandai menabung kalau menurut pendapat pribadi, dibahasakan sebagai cara menyimpan uang di tempat yang sulit, beda kartu ATM. Bila sudah cukup banyak, dapat dikunci dengan tabungan deposito.
Terencana merangkai masa depan.
Tak kuat motivasi, bila hanya menyimpan uang, godaannya terlalu besar. Kawan punya HP baru, inginnya sampai terbawa mimpi. Kawan ganti motor, tak mau ketinggalan sampai berhutang agar tak menanggung beban malu.
Hidup tanpa perencanaan, mudah diombang-ambingkan gelombang kehidupan yang menggoda.
Sempat membayar rutin bulanan ke bank, karena harus menyediakan uang masuk kuliah anak dalam tiga tahun ke depan. Istilahnya tabungan berjangka, yang bisa kita ambil uangnya selama waktu yang telah ditentukan. Hal ini mengajarkan disiplin menabung secara bulanan, dengan hasil bernilai lebih dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
Hidup hemat bukan berarti tak bisa menikmati, karena kesehatan dan kebahagiaan menjadi dasar bagi semua usaha.
Makan sayur-mayur dan tidak sering makan-makanan instan yang bernilai mahal, cukuplah pada waktu itu. Olahraga alam menjadi andalan, jalan kaki dan rekreasi ke tempat-tempat yang banyak pepohonan sangatlah disukai.
Sehatnya nyata, meski murah asalkan bahagia.
Begitulah sekelumit cerita, tentang bagaimana kesuksesan, yang mungkin saja dianggap sederhana dan biasa-biasa saja bagi sebagian orang lain. Kisah-kisah pahitnya, bagaikan jamu, diminum dan dirasakan manisnya karena tahu semua untuk masa depan.
Bersyukur kepada Sang-Pengatur, dan menerima kenyataan hidup untuk tidak boros, telah menguatkan tekad.
Bandung, 30 Juni 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H