Diawali tanya sana-sini, cara bikin video, hingga akhirnya terlaksana beberapa tahun kemudian. Tercipta di angan-angan, ketika merasa tak mampu menyusun kata-kata, video adalah solusinya.
Kerja keras tak sejalan harapan, sepi pengunjung video di Kompasiana hampir menyurutkan niat. Namun, terlanjur sayang telah membangkitkan kembali semangat yang mulai memudar.
Tak ubahnya seperti ketika akan membuat sebuah artikel, setelah ada ide, dilanjutkan mengumpulkan bahan-bahan. Kemudian, merangkai kata-kata dan kalimat menjadi sebuah kesatuan yang memberi pesan. Cukup sulit, dan perlu keahlian bagaikan koki masak, agar menjadi sebuah tulisan yang renyah dan lezat.
Meski telah bertahun-tahun menulis, bukan berarti tak pernah mengalami kebuntuan merangkai kata-kata. Bisa jadi lelah pikir atau jenuh, hingga lengkapnya data-data pendukung tak menjamin sebuah tulisan lekas terwujud.
Mencoba sesuatu yang baru, melukiskan ide-ide dalam bentuk video atau gambar bergerak. Mulanya bingung, tanya kawan-kawan yang telah paham cara membuat video.
Rupanya tak jauh beda dengan tulisan, merangkai satu persatu yang namanya video-video pendek, dan menyatukannya dalam sebuah video lengkap.
Menurut teori, diperlukan rancangan sebelumnya, apa saja yang akan dibuat video-nya. Tentunya, pesan apa yang ingin ditayangkan haruslah jelas.
Buat penulis yang masih unyu-unyu, membuat konsep atau rancangan tak selamanya mudah. Langsung saja ambil adegan videonya sesuai situasi dan pesan yang ingin ditayangkan.
Semisal dalam video yang bertajuk : Dua Bocah Bicara Virus Corona, terlintas ide ingin mengetahui apa sich yang anak-anak ketahui tentang Covid-19. Tayang Kompasiana, 08 Mei 2020, dengan 69 total pengunjung.
Namun, wajah polosnya telah memberikan ungkapan bahwa ternyata mereka pun tahu dan mampu bicara tentang bahayanya virus corona. Mengapa dua anak itu tak boleh bersekolah, dan ayahnya tak lagi berangkat bekerja, semuanya gara-gara virus.
Cukup sudah, beberapa pengambilan video yang tak berurutan, harus disusun ulang, hingga akhirnya jadi satu kesatuan yang bercerita.
Langkah selanjutnya, video yang kita buat, diberi  judul dan keterangan  pada beberapa bagian video sebagai pelengkap, dan juga musik pendukung. Berikutnya upload di youtube dan di copykan link-nya ke Kompasiana, plus penjelasan singkat di badan tulisannya.
Bahagianya hati, plong rasanya ketika video telah tayang di Kompasiana. Â Ada beda nuansa dan rasa, gerak-gerik dan raut wajah terlihat jelas bersama celoteh polosnya anak-anak, seperti dalam ilustrasi dua bocah corona.
Kemampuan melukiskan situasi, yang dalam artikel bentuk tulisan harus mampu dirangkai dalam kata dan kalimat, tak ubahnya seperti potongan-potongan ekspresi yang ditayangkan video.
Terlanjur sayang, meski menghadapi kenyataan pahit, bahwa ternyata pengunjung yang menikmati video Kompasiana hanya puluhan. Beberapa video lainnya, yang telah memiliki pelanggan setia, ada juga sich yang dikunjungi ratusan.
Selayak minum jamu, makin pahit makin menyehatkan, dan berharap ketekunan dan konsistensi yang telah dibangun, akan menemukan pembaca setianya, seperti dalam artikel tulisan lainnya.
Bandung, 10 Juni 2020
Reff Link Video : 1. Dua Bocah Corona 2. Telur Cetak Jajan Dua Ribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H