Makan sama ayam! Hi ... hi ... hi mana tahan. Seringnya menu ayam yang disajikan kantin, meski berganti model, menyiratkan candaan nakal.
Mana ada sich makan sama ayam? Yang ada makan sama ayam goreng, ayam bumbu opor, dan ayam-ayam lainnya.
Hanya jebakan, bagi kawan-kawan pekerja yang sudah mulai bosan makan daging ayam.
Jika kawan terjebak, dan menjawab ya, dengan sinis tak menyadari bahwa dirinya telah dipahamkan penanya, makan berebut sama ayam, di kandang.
Meski ada tiga katering, yang melayani makan para pekerja, tiap dua hari ganti, tapi ada saja bentrok menu ayam dan ayam lagi.
Kisahnya dimulai, ada kawan yang baru saja mendapat rejeki lebih, menawarkan menu berbeda, khas daerah Bandung. Bawa sendiri, bikin sendiri dan berbiaya sendiri.
Menunya, Tumis Ikan Asin, Semur Jengkol Pedas, Tumis Labu Siam, Pepes Usus, Lalaban Daun Pepaya, Sambal Cabe Hijau.
Istilahnya, kata orang-orang dulu, mertua lewat tak digubris.
Drastis, menu siang yang kebetulan ayam goreng, terkalahkan oleh menu spesial yang datang secara tiba-tiba tanpa ada info jauh-jauh hari.
Mungkin saja, menu makan bawaan kawan, tak lagi diperhitungkan sebagai menu standar oleh pengelola katering, tapi lihatlah dampaknya.
Dari namanya saja kurang komersial, Tumis Ikan Asin, Semur Jengkol Pedas, Tumis Labu Siam, Pepes Usus, Lalaban Daun Pepaya, Sambal Cabe Hijau.
Hebohnya menu dadakan itu telah mampu menggoyang lidah, kerja jadi semangat, dan produktivitas meningkat tajam.
Usulan baik buat pengelola katering, agar lebih kreatif dalam menyusun menu, asal masih dalam hitungan anggaran.
Terimakasih kawan, jasamu telah memberi pemahaman, bahwa makanan yang rutin dan terbiasa tak selamanya ternikmati, karena sudah terlalu sering.
Cimahi, 07 Jan 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H