Pak Moko memang sering menyebut saudara sepupu dengan adik-adik, karena istri Pak Moko yang sudah meninggal tiga tahun lalu adalah adik dari ibunya Pak Jo.
"Kalau Om diundang ke Bogor atau Jakarta, gak bisa naik kereta api lagi, tak kuat. Biasanya adik-adikmu, kirimkan tiket pesawat buat Om."
Pak Moko memang tampak lebih muda dan sehat dibandingkan umurnya jelang 83 tahun. Namun, masih bisa nyopir dan bekerja dengan status karyawan.
Cemburu? Sudah pasti.
Mereka, Pak Jo dan adik-adiknya merasa cemburu kepada Pak Moko, Om-nya, karena semangat hidup, kesehatan dan cara berpikirnya yang ingin selalu bermanfaat bagi orang lain.
"Om tiap pagi, bangun jam setengah lima, jalan pagi sekitar panti, menemani belanja ke pasar untuk masak hari itu, pulang, dan mandi serta sarapan pagi. Om yang nyetir mobil ke pasar, atau antar anak-anak bila ada yang sakit, dan keperluan lainnya," Pak Moko menjelaskan rincian kegiatan hariannya.
"Adik-adikmu, juga kirim Vitamin untuk diminum tiap hari," katanya lebih lanjut.
Jelang makan siang, setengah satu, Pak Moko harus menemani anak-anak makan dan membantu tugas-tugas sekolah anak-anak asuhnya.
Pak Jo dan kedua adiknya, mohon diri, agar Pak Moko dapat melanjutkan tugas-tugas utamanya.
"Om Moko, saya dan adik-adik mohon pamit. Mungkin Om masih banyak tugas. Senang lihat Om bahagia dan sehat disini. Semoga Om tetap sehat dan dalam lindungan Tuhan," kata Pak Jo mewakili.
"Om merasa senang, dan bahagia anak-anak masih mengingat Om. Semoga kamu, dan cucu-cucu semua diberikan kesehatan dan kesuksesan. Kapan-kapan tengok Om lagi ya. Sekali lagi terimakasih," Pak Moko menyampaikan kata pisahnya.