"Kalau tiap jatuh tempo memperpanjang SIM, dompet kita pun harus diperpanjang!" jawabnya serius dengan posisi bibir miring sebelah.
Suasana hening sejenak, dan langsung terbahak-bahak dan terkekeh-kekeh bersama, diselingi pukulan ringan ke bahu, ketika dijelaskan bahwa yang dimaksud memperpanjang adalah menambah ukuran fisik kartu SIM. Kalau menambah masa berlaku SIM -- A, ya masih tetap berlaku seperti biasa.
Celotehan ringan seperti itu masih tetap lucu, meski sudah berulang-kali kita mendengarnya. Dikarenakan terbius unsur kenal atau pertemanan tulus, maka terjadilah. Dalam kasus ini, tidak ada yang perlu disalahkan dan saling menyalahkan.
Bahkan sebelum jam makan pun, saat buat janji, seringnya ada yang memberi pertanyaan jebakan.
"Mau makan jam berapa?"
"Jam dua belas!"
"Wuich ... sepertinya dah pasang behel gigi ya, dari stainless steel!"
Kawan itu dahinya berkerut, tanda tak mengerti. Maklumlah dia sedang serius mengerjakan tugas yang hampir selesai.
"Saya satu aja gak habis, lha kamu kuat makan jam dua belas biji, itu ajaib. Ha .. ha ... ha !" kata kawan bernada canda.
"Sialan ... !" balasnya santai sambil menoleh sinis tertipu.
Kenal mengenal itu selayaknya kita pertahankan, dalam arti yang sewajarnya. Bila kita mengenal seseorang, ataupun menguasai dan memahami pekerjaan kita dengan sebaik-baiknya, maka ada tercipta unsur sayang yang melekat, tak ada lagi perselisihan dan kesulitan yang berarti. Semisal ada-pun, masih dalam batas kewajaran, dan akan menjadikannya sebagai saran atau usulan yang diterima dengan hati, bukan emosi.