"Kata Papa Saya Berbakat"
Mbak Vy Penulis dan Pebisnis Sukses
Oleh : Johanes Krisnomo
Nama lengkapnya Devy Nadya Aulina (41th), biasa dipanggil Mbak Vy. Wanita asli kelahiran Bandung ini, berdomisili di Nganjuk – Jawa Timur, dan sukses mengembangkan talenta sebagai penulis dan pebisnis. Kemahirannya berbagi waktu, tanpa mengesampingkan peran sebagai ibu rumah tangga, patut dijadikan inspirasi, khususnya bagi mereka yang sering membela diri tak punya kesempatan dan waktu.
Suksesnya tak searah dengan pendidikan formal yang ditempuhnya. Bahkan, silsilah dalam keluarganya pun tak ada yang berprofesi sebagai penulis dan pebisnis.
Menempuh pendidikan terakhirnya di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) LAN RI (Lembaga Administrasi Negara) - Bandung (1994-1998). Selama kurun waktu 27 tahun itu pula, Devy lahir sampai akhirnya menikah di Bandung. Rincian sebelumnya, sekolah di SD Priangan Bandung (1980-1986), SMP Negeri 2 Bandung (1986-1989), SMA Negeri 14 Bandung (1989-1992), dan LPS Patuha Bandung (1992-1993).
Berjuang meraih impiannya, didukung semangat keluarga: Khususnya Eko Cahyono (49thn), suami, seorang PNS di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Nganjuk. Dan juga kedua buah hatinya, Evita Intan Cahyaningtyas (14thn, 2 SMP), dan Muhammad Reza Dwi Cahyo (9thn, 3 SD).
“Saya anak sulung, dua adik laki-laki tidak ada yang mendukung hobi menulis maupun berbisnis. Sejak kecil dalam keluarga besar kami tidak ada yang berprofesi atau suka menulis dan berbisnis, kebanyakan pegawai/karyawan,” papar Devy.
Sukses Devy tak semudah membalik telapak tangan. Katanya lagi, “Hambatan awalnya keterbatasan fasilitas. Saya hanya menulis dari HP jadul (bukan smartphone). Komputer jadul pun tidak terkoneksi internet. Namun keterbatasan fasilitas tidak membuat semangat menulis saya pupus. Sejak aktif di facebook akhir tahun 2009, saya memanfaatkan status facebook dan note (catatan di facebook) untuk menulis. Walaupun dulu hanya menulis dengan 160 karakter, saya teruskan di komentar.”
“Alhamdulillah sejak awal 2014, saya dipercaya memegang kelas kepenulisan online dan bisa membeli laptop sendiri. Tidak perlu berebut dengan anak-anak. Repotnya mengatasi kerepotan rumah tangga apalagi tanpa pembantu, disiasati dengan melakukan manajemen waktu. Saya menulis sambil menunggu waktu antri, dan saat menanti anak keluar sekolah. Menulis dari HP jadul, tetap paling nyaman untuk saya,” lanjut Devy.
Jerih payah tak ada yang percuma. Beberapa buku motivasi dan bisnis hasil karyanya, terbit dengan sukses : “Move On And Move Up”, (2013); “10 Kiat Sukses Pemimpin Tangguh”, (2014); “50 Peluang Bisnis Modal 5 Juta (untuk SMA/SMK)”, Puri Pustaka (2013).
Menurut penuturannya, Mbak Vy sudah mulai menulis sejak kelas 2 SD. Berawal dari menulis puisi, walaupun mulai mengirimkan pada media, baru kelas 6 SD (1985-1986). Aktifitas menulis puisi dan pengiriman ke media terhenti pada 1992, ketika lulus SMA. Namun menulis untuk diri sendiri tetap dilakukannya, meski tak terdokumentasikan.
Banyak baca hasilnya mahir menulis, seperti yang dikilasbalikkan Mbak Devy tentang peran serta Sang Mama.
“Mama suka mencatat detail aktifitasnya dan membelikan saya majalah dan buku-buku. Sejak SD, saya sudah baca majalah anak-anak Bobo, Kuncung, Bimba, Donal Bebek. Saat SMP saya membaca dan langganan majalah Gadis, Mode dan Hai. Saya pun suka membaca majalah punya Mama: Femina, Kartini, dan majalah Dewi,” papar Mbak Vy.
Lanjutnya, “Mama pensiunan PNS dari Dinas Pertanian Prov. Jawa Barat. Mama menulis keuangan sangat detail, dan ini menjadi contoh. Sejak SD, saya dipercaya jadi bendahara. Di organisasi kemasyarakatan (Karang Taruna), kuliah, hingga sekarang aktif di organisasi isteri pegawai, saya pun dipercaya jadi bendahara.”
Bakat bisnis Mbak Vy, sudah nampak sejak SD, kemahirannya dalam mengelola uang dipicu oleh sikap detail Sang Mama mencatat transaksi keuangan keluarganya.
“Saya berbisnis atau suka jualan sejak kelas 4 SD. Jualan sticker (gambar tempel) dan kertas surat, yang saat itu sedang musim. Kemudian SMP kelas satu, saya menjual puding buatan sendiri. Saat kuliah, saya pun menerima pesanan tas rajut dan tart (black forest dan cheese cake). Saya owner Devita Collections, sejak tahun 2013, sebelumnya Devy Collections, di tahun 2000. Awalnya hanya bergerak di dunia fashion, yang saya datangkan dari Bandung. Saat ini sudah beraneka ragam koleksinya, dan telah online sejak tahun 2014,” tutur Devy.
Merambah ke bisnis lainnya, sejak 2013, memulai bisnis online Sambal Pecel ‘Mbak Vy’. “Saya melihat potensi lokal yang justru bisa dipromosikan ke luar Nganjuk. Alhamdulillah, Sambal Pecel ‘Mbak Vy’ sudah terbang ke Malaysia dan beberapa negara lain,” tegasnya antusias.
Sukses Mbak Vy, tak lepas dari keberhasilannya membina hidup berkeluarga. Dikisahkannya, “Bertemu seseorang yang sekarang jadi suami. Kami bertemu di Bandung. Walaupun satu kampus, kami tidak saling kenal. Dikenalkan sahabat, yang juga sahabatnya. Saya bersyukur dipertemukan dan berjodoh. Hari pernikahan kami, merupakan hadiah terindah ulang tahun waktu itu.
Kami menikah di Bandung, 6 Agutus 2000, dua hari setelah saya berulang tahun ke 27. Saya dan suami selisih enam tahun, suami kelahiran 1967. Putra asli Nganjuk. Saya belajar sabar, ikhlas, pasrah, sederhana dan harus pandai bersyukur dengan apa yang ada, dari suami. Alhamdulillah, di lingkungan kantor, teman-temannya maupun tempat kami tinggal, suami dikenal sebagai orang baik dan cerdas.
Anak-anak kami (Intan dan Reza) tidak suka menulis. Tapi, kami sebagai orang tua mencoba memfasilitasi hobi mereka. Intan senang belajar. Dia pintar seperti ayahnya. Keduanya punya bakat musik yang bagus seperti ayahnya. Mereka belajar otodidak. Anak-anak kami sangat kritis terutama Reza, Si Bungsu. Reza suka utak-atik barang elektronika dan bisa membuat robot sejak usia 4 tahun.”
Kesibukan bisnis dan mengelola hidup berumah tangga, bukan berarti kegiatan menulisnya terhenti. “Saat ini saya masih membuat cerpen, walau masih belajar. Untuk ke depan, ingin menulis novel atau cerbung. Ide-idenya sudah saya kumpulkan di Bank Ide,” ungkapnya.
Kesibukan lainnya, aktif di berbagai komunitas kepenulisan dan bisnis, seperti Komunitas Penulis Kreatif (KPKers), Komunitas Bisnis, Komunitas Berkebun dan Bertanam, Komuntas Memasak, Komunitas Penggemar Anggrek, Komunitas Hidroponik, Komunitas Merajut dan Komunitas Crafter yang sebagian diantaranya duduk sebagai pemilik dan pengurus.
Ketika ditanyakan tentang motto, Devy menjelaskan bahwa motto menulisnya: Berbagi manfaat dan kebaikan (ilmu) dari kesederhanaan tulisan. Sedangkan mottonya dalam berbisnis: Menciptakan lapangan pekerjaan untuk diri sendiri dan orang lain/lingkungan. Keduanya dapat menjadi penyemangat arah tujuan.
Latar belakang sukses bahagia Mbak Vy, rupanya perlu disimak dan diteladani seperti apa yang dikatakannya. “Menerima dan menjalani hidup ini dengan sederhana dan penuh syukur. Saya terbiasa bangun dini hari (pukul 3 pagi), diusahakan sholat tahajud. Biasakan hidup sehat. Tidak begadang, cukup olahraga (suka bersepeda, jalan kaki dan berenang), minum air putih, dan tidak minum kopi. Saya juga senang silaturrahiim.”
Tak dapat dipungkiri, hebatnya peran Sang Mama menjadi pembuka jalan sebagai penulis dan pebisnis, terlebih lagi dukungan Sang Papa bagi kesuksesannya.
“Sejak gadis, Papa yang mendukung saya wiraswasta. Sebagai papa dan teman curhat, beliau menyarankan saya jangan bekerja jadi pegawai. Dan Papa sangat bangga dengan saya yang hobi menulis. Kata Papa, saya berbakat,” tegas Devy Nadya Aulina.
Bandung, 08 Maret 2015
Catatan : Devy Nadya Aulina dapat dihubungi melalui email : devynadya.aulina@gmail.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI