Mohon tunggu...
Siti Adila Khoiridah
Siti Adila Khoiridah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! Saya Adila, dan saya adalah seorang individu yang penuh semangat dan kreativitas. Saya memiliki kemampuan untuk melihat dunia dari perspektif yang unik dan selalu mencari cara-cara baru untuk mengekspresikan diri dan membuat dampak positif. Saya memiliki minat yang mendalam dalam menulis, yang telah membawa saya melalui berbagai pengalaman yang memperkaya pengetahuan dan keterampilan saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Petani Tersungkur Tarian Deflasi, Negara Agraris yang Terkapar di Tengah Krisis

8 Oktober 2024   09:20 Diperbarui: 8 Oktober 2024   09:25 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterkaitan dengan Deflasi di Indonesia

a. Penurunan Harga yang Tidak Menguntungkan Petani

Harga pangan mungkin turun selama deflasi, tetapi ini mungkin tidak baik bagi petani. tetapi ini bisa merugikan petani. Harga komoditas yang rendah menyebabkan pendapatan petani berkurang, yang pada akhirnya berdampak pada insentif mereka untuk memperluas produksi. Seiring waktu, hal ini dapat memicu krisis pangan karena tidak akan ada cukup pasokan untuk memenuhi permintaan.

b. Penurunan Investasi di Sektor Pertanian

Penurunan investasi di sektor riil, termasuk pertanian, sering terjadi setelah deflasi. Pengusaha dan petani ragu untuk berinvestasi dalam teknologi, infrastruktur, atau pertumbuhan pertanian karena mereka percaya bahwa harga pangan akan terus menurun. Hal ini menyebabkan penurunan produktivitas di sektor pertanian, yang dapat memperburuk krisis pangan.

c. Deflasi sebagai Indikator Kelesuan Ekonomi

Periode deflasi yang berkepanjangan sering kali mengindikasikan ekonomi yang lemah atau  mengalami penurunan permintaan. Hal ini dapat berdampak pada sejumlah industri, termasuk distribusi dan logistik pangan. Ekonomi yang lesu dapat menghambat akses dan distribusi  pangan, sehingga hal ini akan mengakibatkan kekurangan di beberapa daerah dan pada akhirnya menyebabkan krisis pangan.

d. Gangguan Rantai Pasokan Global

Penurunan permintaan global yang berdampak pada impor dan ekspor juga dapat menyebabkan deflasi. Jika Indonesia mengandalkan impor pangan dalam kondisi deflasi dan ekonomi global yang melemah, distribusi pangan impor bisa terganggu. Hal ini memperburuk masalah ketersediaan pangan, terutama dalam kasus-kasus ketika output lokal tidak memadai.

Mengapa Indonesia Dikatakan Rentan Krisis Pangan?

Meskipun merupakan negara agraris, Indonesia rentan terhadap krisis pangan karena sejumlah masalah struktural dan kebijakan yang tidak membantu industri pertanian. Dengan mengurangi insentif produksi dan menurunkan daya saing sektor pertanian, deflasi parah yang terjadi saat ini memperburuk situasi dan meningkatkan kemungkinan krisis pangan. Anggaran ketahanan pangan hanya termasuk dalam discretionary spending di tingkat daerah, tanpa ada ketentuan khusus. Penting untuk memasukkan dana dalam anggaran yang akan memungkinkan pemerintah untuk meningkatkan cadangan pangannya menjadi 6% untuk menangkal kenaikan harga pangan dan aktivitas spekulan pasar. Oleh karena itu, meskipun sektor pertanian Indonesia memiliki potensi besar, krisis pangan masih menimbulkan ancaman nyata jika kebijakan yang kuat tidak diberlakukan untuk meningkatkan produksi dan memperbaiki sistem distribusi pangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun