Keterkaitan dengan Deflasi di Indonesia
a. Penurunan Harga yang Tidak Menguntungkan Petani
Harga pangan mungkin turun selama deflasi, tetapi ini mungkin tidak baik bagi petani. tetapi ini bisa merugikan petani. Harga komoditas yang rendah menyebabkan pendapatan petani berkurang, yang pada akhirnya berdampak pada insentif mereka untuk memperluas produksi. Seiring waktu, hal ini dapat memicu krisis pangan karena tidak akan ada cukup pasokan untuk memenuhi permintaan.
b. Penurunan Investasi di Sektor Pertanian
Penurunan investasi di sektor riil, termasuk pertanian, sering terjadi setelah deflasi. Pengusaha dan petani ragu untuk berinvestasi dalam teknologi, infrastruktur, atau pertumbuhan pertanian karena mereka percaya bahwa harga pangan akan terus menurun. Hal ini menyebabkan penurunan produktivitas di sektor pertanian, yang dapat memperburuk krisis pangan.
c. Deflasi sebagai Indikator Kelesuan Ekonomi
Periode deflasi yang berkepanjangan sering kali mengindikasikan ekonomi yang lemah atau  mengalami penurunan permintaan. Hal ini dapat berdampak pada sejumlah industri, termasuk distribusi dan logistik pangan. Ekonomi yang lesu dapat menghambat akses dan distribusi  pangan, sehingga hal ini akan mengakibatkan kekurangan di beberapa daerah dan pada akhirnya menyebabkan krisis pangan.
d. Gangguan Rantai Pasokan Global
Penurunan permintaan global yang berdampak pada impor dan ekspor juga dapat menyebabkan deflasi. Jika Indonesia mengandalkan impor pangan dalam kondisi deflasi dan ekonomi global yang melemah, distribusi pangan impor bisa terganggu. Hal ini memperburuk masalah ketersediaan pangan, terutama dalam kasus-kasus ketika output lokal tidak memadai.
Mengapa Indonesia Dikatakan Rentan Krisis Pangan?
Meskipun merupakan negara agraris, Indonesia rentan terhadap krisis pangan karena sejumlah masalah struktural dan kebijakan yang tidak membantu industri pertanian. Dengan mengurangi insentif produksi dan menurunkan daya saing sektor pertanian, deflasi parah yang terjadi saat ini memperburuk situasi dan meningkatkan kemungkinan krisis pangan. Anggaran ketahanan pangan hanya termasuk dalam discretionary spending di tingkat daerah, tanpa ada ketentuan khusus. Penting untuk memasukkan dana dalam anggaran yang akan memungkinkan pemerintah untuk meningkatkan cadangan pangannya menjadi 6% untuk menangkal kenaikan harga pangan dan aktivitas spekulan pasar. Oleh karena itu, meskipun sektor pertanian Indonesia memiliki potensi besar, krisis pangan masih menimbulkan ancaman nyata jika kebijakan yang kuat tidak diberlakukan untuk meningkatkan produksi dan memperbaiki sistem distribusi pangan.