Mohon tunggu...
Siti Adila Khoiridah
Siti Adila Khoiridah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! Saya Adila, dan saya adalah seorang individu yang penuh semangat dan kreativitas. Saya memiliki kemampuan untuk melihat dunia dari perspektif yang unik dan selalu mencari cara-cara baru untuk mengekspresikan diri dan membuat dampak positif. Saya memiliki minat yang mendalam dalam menulis, yang telah membawa saya melalui berbagai pengalaman yang memperkaya pengetahuan dan keterampilan saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Petani Tersungkur Tarian Deflasi, Negara Agraris yang Terkapar di Tengah Krisis

8 Oktober 2024   09:20 Diperbarui: 8 Oktober 2024   09:25 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krisis Pangan di Indonesia

a. Ketergantungan pada Impor

Sektor manufaktur belum memberikan dukungan penuh kepada tujuan pemerintah untuk kedaulatan pangan dalam hal pupuk, pestisida, pakan ternak, mesin pertanian, dan mesin untuk sektor makanan dan minuman. Peran industri pengolahan yang terbatas ditunjukkan dalam ketergantungan substansial pada impor benih, pupuk, farmasi dan pakan ternak yang merupakan bahan baku utama sektor pertanian. Selain itu, ketergantungan yang besar pada mesin pertanian (alsintan) dan pengolahan impor pertanian terus menjadi penghalang bagi pertanian lokal dan produksi pangan.

Meskipun memiliki medan yang subur dan sumber daya alam yang melimpah, menjadi salah satu importir terbesar gandum dan kedelai di dunia karena diversifikasi pangan yakni gandum sebagai bahan baku mie patut diluruskan. Indonesia telah muncul sebagai importir gandum terkemuka sejak 2017. Pada tahun 2020, nilai impor gandum sebesar US$ 2,6 miliar, dengan 10,2 juta ton diimpor. Sementara untuk tahun 2020 hingga Februari 2021 impor gandum mencapai 1,6 juta ton senilai US$ 463 juta.

Setelah serangkaian sengkarut permasalahan, pemerintah melalui Perum Bulog memilih untuk mengimpor beras yakni salah satu bahan pokok paling penting dari beberapa negara seperti Vietnam, Thailand, Myanmar dan Pakistan. Kuota impor beras sebelumnya ditetapkan sebesar 2 juta ton pada 2024. Dengan kenaikan ini, total impor beras untuk tahun 2024 menjadi 3,6 juta ton. Hal ini dikarenakan pemerintah memutuskan untuk menaikkan kuota impor beras karena rendahnya produksi padi dalam negeri yang disebabkan oleh keterlambatan waktu tanam. Ketergantungan ini menunjukkan bahwa produksi pangan dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

b. Faktor Pertumbuhan Penduduk dan Perubahan Iklim

Perubahan iklim dan ekspansi populasi yang cepat adalah faktor lebih lanjut yang menyebabkan krisis pangan. Produktivitas pertanian terancam oleh pola cuaca yang berfluktuasi dan pasokan air yang langka. Hasil pangan turun sebagai akibat dari gagal panen dan bahkan penurunan kualitas dari hama yang tidak terkendali yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak menguntungkan.

c. Produktivitas Pertanian yang Rendah

Sektor pertanian di Indonesia masih menghadapi masalah produktivitas yang rendah. Hal ini termasuk teknologi yang ketinggalan zaman, metode pertanian konvensional, dan masalah infrastruktur seperti irigasi yang tidak memadai. Akibatnya, tuntutan populasi yang berkembang seringkali tidak dipenuhi oleh produksi lokal. Menurut ekonomi.bisnis.com, kurang dari 50% permintaan berbagai alat seperti mesin penggilingan padi, traktor tangan, mesin pengolah tanah, mesin panen, pengering, perontok multiguna, pemotong rumput, penghancur jerami dan alat lainnya, belum termasuk mesin produksi pangan.

d. Alih Fungsi Lahan Pertanian

Alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri, perumahan, dan infrastruktur terus meningkat, terutama di daerah-daerah perkotaan dan wilayah penyangga. Ini mengurangi lahan yang tersedia untuk pertanian, yang pada gilirannya mengganggu kapasitas produksi pangan domestik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun