Mohon tunggu...
Susana Srini
Susana Srini Mohon Tunggu... -

Wong ndeso, tertarik ikutan memperhatikan masalah pendidikan, selalu rindu untuk dapat memberikan sumbangsih bagi upaya-upaya merawat bumi, anggota komunitas Sekolah Komunitas - Sodong Lestari (SoLes), anggota Galeri Guru/TRUE CREATIVE AID dan terlibat dalam Laskar Pena Hijau YBS Cikeas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pementasan Sendratari Kolosal Bahtera Nuh pada Penutupan Festival AYD 2017

8 Agustus 2017   08:41 Diperbarui: 9 Agustus 2017   10:02 1588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sebagian pemeran hewan/dok.pribadi

Bagi orang-orang muda katolik, berusaha terus bersama dalam ikatan perahu OMK dapat menjadi  jalan untuk memperkuat diri dan mengembangkan kepekaan sosialnya. Bagaimana dengan gereja, apakah juga dapat menjadi bahtera besar Nuh yang pintunya selalu terbuka bagi anak muda untuk belajar mengasihi dan menghargai diri sendiri, sesama dan alam sekitarnya dengan cara yang konkrit dan khas anak muda?

Sutradara Rm. Patricius Hartono, Pr. memberi pengarahan/dok.pribadi
Sutradara Rm. Patricius Hartono, Pr. memberi pengarahan/dok.pribadi
Pelajaran dari Balik Panggung

Kepercayaan yang diperoleh OMK Bedono untuk mewakili delegasi Indonesia menampilkan pertunjukan seni budaya dalam festival penutupan AYD ke 7 ini tidak datang begitu saja. Gereja St. Thomas Rasul Bedono, sebuah paroki kecil di pinggiran ini sudah berdinamika setidaknya sejak 5 tahun lalu untuk menjadi gereja yang berdialog dengan keseharian umat, kebudayaan dan lingkungan sekitar, yang memungkinkan anak-anak muda belajar mengasihi dan menyelamatkan seluruh ciptaan.

Sebagian pemeran batu, tanah/dok.pribadi
Sebagian pemeran batu, tanah/dok.pribadi
Tagline "Bedo No" (berani berbeda) menjadi Bahasa bersama yang cocok bagi jiwa anak muda yang bebas, kreatif dan selalu ingin mencoba hal-hal baru. Dengan Bahasa bersama tersebut, anak-anak muda didampingi untuk hidup dekat dengan alam, menghargai kearifan lokal, membangun kebersamaan dan hidup berdampingan dengan sesama dalam keragaman. Sekolah Minggu yang dimanfaatkan sebagai Sanggar Belajar Anak menjadi ruang yang lebih terbuka dan dinamis untuk proses pengembangan anak dan pemuda, bahkan orang tua, sesuai dengan keinginan dan keunikan potensi masing-masing wilayah.

Mengasihi seluruh ciptaan dan menghargai kebudayaan dipraktekkan dalam berbagai kegiatan konkrit seperti kreasi tata altar hijau, misa alam, adorasi alam, festival pangan lokal dan pakaian adat, kesenian rakyat diberi ruang dalam kekhusukan liturgi, pendalaman alkitab melalui berbagai cara kreatif, edukasi hijau di lahan pertanian, gerakanan ketahanan pangan lokal dan lain-lain.

Ensiklik Laudato Si diterjemahkan dalam kegiatan nyata dan dipraktekkan oleh anak-anak muda dalam kehidupan menggereja yang dinamis dan terhubung dengan keseharian. Dinamika dengan alam dan budaya sekitar menjadi media konkrit olah diri dalam menghidupi Sabda Tuhan.

sebagian pemeran tumbuhan dan hewan/dok.pribadi
sebagian pemeran tumbuhan dan hewan/dok.pribadi
Proses persiapan dan penampilan sendratari kolosal "Noah - The Calling of Prophecy" juga menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi seluruh pemain dan kru pendukung. Sebagain besar anggota OMK mengatakan bahwa kesempatan ini sungguh membanggakan dan semakin meneguhkan komitmen mereka untuk terus belajar dan terlibat dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat. Selain memperkuat rasa percaya diri dan kebanggan, juga semakin memahami pesan kasih dan penyelamatan bumi serta seluruh ciptaan tanpa kecuali, menghargai keberbagaian, kesediaan berbagi, dapat mengembangkan sikap disiplin dan tanggung jawab, mengelola hubungan dengan teman, syukur atas talenta yang dianugerahkan dan lain-lain.

Kru pendukung dan para pendamping juga mendapatkan pengalaman luar biasa, di antaranya merasa sangat bersyukur karena dapat mendampingi anak-anak yang tadinya awan terhadap kesenian hingga dapat menampilkan pementasan besar; dapat menemukan anak-anak dengan bakat-bakat yang tak terlihat sebelumnya baik dalam berkesenian maupun dalam kepemimpinan; juga tumbuhnya kreativitas dalam pembuatan kostum, tata rias, properti dan pengelolaan pertunjukan.

sebagian pemeran hewan/dok.pribadi
sebagian pemeran hewan/dok.pribadi
Semoga pesan kasih dan penghargaan terhadap keutuhan aneka ciptaan dari Bahtera Nuh semakin meneguhkan OMK dalam menghidupi imannya dalam kehidupan nyata yang multikultur dengan rendah hati dan penuh kegembiraan. Salam joyful dan joss! 

(sumber: diolah dari hasil wawancara dengan Tr. Wahyu Hendratno-manajer pertunjukan, Albertus Dwiono -- penata musik, Andi-asisten musik, Ando-ketua DID AYD Bedono, Marcellina-Asisten Koreografer dan Tere-pemain)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun