Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Program Patriot Desa Jawa Barat yang telah mengirimkan bantuan jasa atau yang bisa disebut dengan investasi insani, berfokus pada pemberdayaan masyarakat desa untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menggali dan mengelola potensi desa sendiri. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu rangkaian panjang yang diharapkan dapat mendorong kemandirian masyarakat termasuk masyarakat desa.
Patriot Desa Jawa Barat yang bertugas di Desa Gunungkarung, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta bersama masyarakata desa dan Pemerintah Desa telah menciptakan kegiatan inisiaitif yang dapat menjadi pemantik bagi masyarakat desa untuk terus menciptakan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan kemandirian masyarakat.
Gotong Royong Desa
Desa Gunungkarung terletak sekitar 20 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Purwakarta ke arah barat daya. Memiliki wilayah persawahan dan perbukitan dari sebelah barat Objek Vital Nasional Waduk Cirata. Dengan total luas wilayah sekitar 723 Ha. Desa Gunungkarung memiliki jumlah penduduk sebanyak 4.382 jiwa yang terdiri dari 2.424 laki-laki dan 2.408 perempuan.
Masyarakat Desa Gunungkarung secara kultural erat dengan budaya gotong-royong. Hal ini menjadikan Desa Gunungkarung menjadi desa yang berpotensi dari sisi potensi fisik dan potensi non-fisik. Namun, dengan adanya potensi di suatu desa, maka diperlukan lembaga kemasyarakatan yang mampu menghimpun partisipasi masyarakat untuk mengelola potensi yang ada secara mandiri.
Dengan melihat adanya potensi budaya gotong royong di masyarakat desa. Patriot Desa Gunungkarung berdiskusi dengan perangkat desa dan menghubungkan lembaga kemasyarakatan yang ada di desa untuk melakukan pemanfaatan potensi non-fisik ini untuk menjadi salah satu cara dalam peningkatan partisipasi dan kemandirian masyarakat desa.
Patriot Desa Gunungkarung mencetuskan pembentukan Tim Penggerak Lokal untuk menciptakan komunitas yang mandiri di lingkungan masyarakat desa untuk dapat mengelola potensi yang ada di desa.Â
Dengan berdiskusi secara intensif dengan aparatur desa seperti Kepala Dusun, Ketua RW, dan Ketua RT yang juga melibatkan masyarakat untuk menggali ide dan gagasan dalam pengembangan inisiatif secara bersama. Sehingga masyarakat juga memahami bahwa menuju desa yang mandiri perlu ditopang oleh komunitas masyarakat yang mandiri pula.
Dari diskusi yang selalu dilakukan menghasilkan konsep pengembangan komunitas yang memiliki kemandirian dalam berbagai bidang. Kemandirian yang dimaksud merujuk pada hal-hal yang semestinya dapat dikelola oleh komunitas harus dapat dilakukan dan dapat dikelola semaksimal mungkin oleh komunitas itu sendiri. Kemudian isu yang yang disepakati terkait dengan kegiatan sosial, pengelolaan sampah, pemberdayaan posyandu, dan infrastruktur sederhana.
Ide dan gagasan yang telah didiskusikan secara intesif dan disepakati menciptakan konsep yang disebut TASKACIRI Komunitas Kampung Ciwareng Mandiri. TASKACIRI merupakan inisiatif sebagai upaya melembagakan dan mengembangkan partisipasi masyarakat melalui program pemberdayaan di Kampung Ciwareng, Dusun II, Desa Gunungkarung. Pengelola TASKACIRI yang juga termasuk dari Tim Penggerak Lokal Desa Gunungkarung terdiri dari Ketua RT, Ketua Posyandu, dan Pemuda Desa Gunungkarung.
Pengembangan Tradisi Lama
Dalam pengembangan TASKACIRI, Tim Pengelola mencari solusi dalam pengoperasian kegiatan TASKACIRI. Maka Tim Penggerak Lokal dan Patriot Desa Gunungkarung berdiskusi dan ada usulan untuk mereaktivasi tradisi Perelek sebagai sumber pengelolaan program komunitas.
Perelek adalah tradisi lama yang tumbuh dalam masyarakat sunda yang berupa pengumpulan beras atau uang dari masyarakat. Selanjutnya beras atau uang yang terkumpul tersebut digunakan sebagai dana untuk kepentingan masyarakat yang memerlukan bantuan. Dahulu orang sunda biasa mengambil beras segenggam tangan untuk disumbangan dengan memasukannya ke dalam sebuah wadah. Bulir beras yang masuk ke dalam wadah, menurut orang sunda, berbunyi perelek perelek perelek. Dari sini lah istilah sumbangan beras disebut Perelek.
Tradisi Perelek ini pernah dilaksanakan di Desa Gunungkarung. Hanya saja pengelolaannya meredup dan kegiatan Perelek pun berhenti. TASKACIRI berencana untuk mereaktivasi tradisi Perelek untuk mendorong tumbuhnya komunitas kampung mandiri. Perelek dihidupkan kembali dengan tata kelola yang akuntabel dan transparan.Â
Salah satu anggota Tim Penggerak Lokal menjadi Bendahara Umum untuk mengelola dana sosial kemasyarakatan tersebut. Nilai Perelek yang disepakati adalah satu cangkir atau sekitar 1/4 liter untuk setiap rumah di setiap pekannya.
Tradisi Perelek yang diaktifkan kembali bukan hanya sekedar mengumpulkan. Namun juga berkaitan dengan pengelolaan dan pengembangan manfaat. Melalui TASKACIRI, beras perelek menjadi akses pangan murah bagi warga yang membutuhkan atau masyarakat yang terbilang kurang mampu. Harga beras perelek disepakati dijual dengan harga Rp 2000. Beras Perelek bukan diciptakan sebagai bantuan sosial. Namun untuk mendorong kemandirian masyarakat.
Dengan pengembangan yang terus dilakukan, hasil dari beras perelek dapat menciptakan kegiatan lainnya. Seperti pengelolaan sampah atau lingkungan. Tim pengelola TASKACIRI dan masyarakat bergotong royong untuk mencipatakan lingkungan yang bersih dan asri. Sehingga direncanakan kegiatan rutin Gerakan Jumat Bersih. Juga kegiatan yang mengintervensi masyarakat untuk ikut berpartisipasi seperti Gerakan 1 Rumah 3 lubang Biopori dan Gerakan Pemanfaatan Mol Nasi Basi sebagai Proses Pengomposan Sampah.
TASKACIRI juga menyasar kolaborasi dengan Posyandu, salah satunya Posyandu Anggrek II. Melalui TASKACIRI dengan hasil beras perelek, maka diharapkan adanya program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Penyuluhan secara rutin.
Menuju Masyarakat Mandiri
Pembentukan Komunitas Kampung Ciwareng Mandiri adalah upaya untuk meyediakan wadah kelembagaan bagi partisipasi masyarakat. Berbagai kegiatan yang diciptakan dari komunitas mandiri merupakan suatu proses dari pengembangan partisipasi masyarakat. Adanya ruang untuk berpartisipasi dalam menyusun rencana, mengelola pelaksanaan, hingga evaluasi kegiatan melalui forum diskusi masyarakat merupakan proses yang kerap terus dilakukan. Melalui diskusi yang intens bersama masyarakat dan pemerintah desa juga menjadi bagian penting dalam perbaikan tata kelola komunitas dan tata kelola dana sosial kemasyarakatan perelek yang akuntabel dan transparan.
Patriot Desa Gunungkarung berpendapat bahwa masyarakat memiliki kemampuan untuk menjadi mandiri. Namun terkadang perlu ada wadah yang menaungi untuk menjadi tempat diskusi untuk memulai dan merealisasikan suatu ide dan gagasan. Seperti masyarakat Kampung Ciwareng yang menyadari dan mulai percaya diri untuk mewujudkan komunitas masyarakat mandiri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kampung atau mungkin masyarakat desa.
Ikuti kegiatan Patriot Desa Purwakarta di instagram @patriotdesa_purwakarta.
Patriot Desa Jawa Barat mewujudkan Desa Emas, Desa Mandiri dan Percaya Diri.
Sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H