Mohon tunggu...
Humaniora Artikel Utama

Gagalnya Komponen Sekolah, Sebab Utama Penganiayaan di Sekolah

15 Januari 2017   19:04 Diperbarui: 16 Januari 2017   07:32 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, permasalahan yang terjadi di lingkungan sekolah bukan semakin berkurang tetapi terus meningkat bahkan menjadi sangat kompleks. Pasalnya masalah yang ada bukan lagi merupakan siswa yang membangkang atau sulit untuk diajar oleh para guru, melainkan kasus yang ada sudah sampai penganiayaan bahkan sampai merenggut nyawa seseorang.

Salah satu yang belum lama terjadi adalah kekerasan yang dialami oleh seorang pelajar di Taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda. Kali ini Amirullah Adityas Putra menjadi korban akibat dianiaya oleh seniornya. Kejadian ini bermula ketika Amirullah dan kelima temannya disuruh berkumpul oleh seniornya. Bukan hanya dikumpulkan, ternyata di sana mereka disiksa oleh keempat seniornya. Karena tidak sanggup menahan siksaan yang diberikan oleh senior, Amirullah ambruk dan tak sadarkan diri. Ketika diperiksa oleh dokter piket STIP, Amirullah dinyatakan sudah tidak bernyawa.

Penganiayaan yang terjadi di lingkungan sekolah bukan baru terjadi kali ini saja, tetapi sudah banyak kasus yang terjadi bahkan sampai merenggut nyawa siswa. Kasus kekerasan yang terjadi ini sudah merambat sangat luas, mulai dari kekerasan yang dilakukan antar pelajar sampai kekerasan yang dilakukan oleh pendidik itu sendiri. Tidak sampai di situ, sudah banyak kasus yang dibawa ke ranah hukum, tetapi bukannya selesai malah kasus kekerasan di lingkungan sekolah menjadi seperti wabah yang terus menular di berbagai daerah di Indonesia.

Sekolah sebagai rumah kedua bagi para siswa seharusnya merupakan tempat yang aman dan nyaman. Jika kenyamanan dan keamanan itu tercipta, maka proses edukasi akan lebih mudah disampaikan kepada para siswa. Namun yang terjadi malah sebaliknya, kekerasan bertebaran di lingkungan sekolah, mulai dari kekerasan fisik sampai kekerasan verbal.

Jika kita melihat kembali kepada tujuan awal didirikannya sekolah, maka kita akan tahu bahwa sekolah merupakan tempat di mana generasi bangsa yang terdidik dan memiliki akhlak yang baik sesuai dengan Pancasila dilahirkan. Tetapi jika melihat banyaknya kasus kekerasan yang terjadi di sekolah, apakah masih bisa dikatakan bahwa sekolah adalah tempat yang tepat untuk mendidik generasi bangsa kita?

Di masyarakat sendiri ada anggapan bahwa salah satu cara untuk mengajar seseorang khususnya untuk membentuk karakter seseorang adalah dengan kekerasan. Ungkapan inilah yang kemudian menjadi pola pikir beberapa masyarakat bahkan termasuk para pendidikpun berpikir dengan cara demikian. Sehingga kita tidak heran ketika ada guru yang memarahi dan menghukum seorang anak dengan cara mereka sendiri. Menurut mereka hal itu perlu dilakukan guna membentuk karakter si anak.

Jika hal tersebut diterapkan pada siswa zaman dahulu mungkin masih bisa diterima, tetapi jika pengajaran seperti itu masih diterapkan pada siswa di zaman ini maka yang ada malah akan menuai kontroversi di kalangan masyarakat.

Jika ditilik lebih dalam lagi, sebenarnya salah satu faktor penyebab kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah adalah kegagalan komponen sekolah. Komponen di sini yang dimaksud adalah orang-orang yang berkontribusi di dunia pendidikan, seperti kepala sekolah, guru, dan komite sekolah yang lain. Sungguh ironi, yang seharusnya guru membentuk dan menjadikan generasi bangsa yang bermoral malah menjadi pelaku bahkan korban dari kekerasan yang ada.

Gagalnya komponen sekolah ini pun juga merupakan dampak dari keinginan untuk melahirkan generasi bangsa yang dapat bersaing dengan dunia luar. Sehingga yang terjadi adalah para guru lebih fokus mengajarkan materi-materi pelajaran yang nantinya bisa dibawa ke kompetisi. Sejak saat itulah pendidikan mulai meninggalkan tujuannya yang semula.

Pendidikan karakter mulai sedikit demi sedikit ditinggalkan dan digantikan oleh pelajaran-pelajaran yang menuntut siswa untuk mengejar prestasi yang lebih baik. Seiring dengan berjalannya waktu, karakter generasi bangsapun sedikit demi sedikit dikikis. Kebanyakkan pelajar sekarang ini lebih mengutamakan ego mereka dibandingkan kebersamaan lagi. Dari situlah benih-benih kekerasan bermunculan, mulai dari hal-hal yang kecil bahkan sampai harus mengorbankan jiwa orang lain.

Tentunya kita tidak ingin melihat karakter generasi bangsa kita semakin merosot. Oleh karena itu, kita perlu sadar bahwa pendidikan karakter harus mulai ditanamkan kembali kepada masyarakat khususnya di lingkungan sekolah. Kita tidak bisa lagi menggunakan kekerasan sebagai salah satu cara untuk mendidik generasi yang ada sekarang. Perlu ada pembinaan yang didukung dan dilaksanakan oleh berbagai pihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun