Ini mah jual ayam emas, bukan telor emasnya.
Sudah begitu, transaksi penjualannya pun di negara Mauritius. Negeri antah berantah.Tahu tujuannya? Ya agar pajak penjualannya kecil. Ini mah lebih hina dari Neolib. Walau mengesalkan dan konsisten berkonsep Neolib, kenapa gak transaksi di Indonesia? Bayar dong pajak penjualannya!
Sudah begitu, penjualannya mepet dengan RUPS tahunan. Tahu maksudnya? ya setelah beli, sebulan kemudian langsung dapat pembagian deviden. Alamak! Gubrak! Enaaak bangeeet!
Lanjut ke NGAKAK ke 2:
Megawati dalan tweet beladirinya mengatakan, Pemerintah butuh suntikan dana untuk menutupi APBN. Untuk beli alutsista TNI misalnya.
Halooow,
Berapa sih 3,7 T dibanding APBN 2002 yang Rp. 323 T? 1% nya pun tidak ada. kenapa tidak ditutup kebocoran negara yang mencapai (minimal) 25% nya yang sekitar 80 T? Emang bisa buat beli apa dengan uang penjualan Indosat tersebut?
Harga pesawat pempur Sukoi Su27 satu skuadron saja sekitar Rp. 18 Trilyun lebih? Belum kapal selam, panzer dan lainnya...
Jadi, soal penjualan Indosat ini saya sependapat dengan pak Kwik Kian Gie kepala Litbang PDIP yang mengatakan penjualan Indosat itu "salah resep" ekonomi. Namun sayangnya, Megawati lebih mendengarkan Laksamana Sukardi dan "genk of three" di internal PDIP. Bahkan saya jadi kasihan mesti ngetweet pembelaan diri yang bagi saya, malah tidak nyambung.
Apalagi ada yang lebih menyakitkan dari penjualan ini, yaitu dicabut nya "badge" PEJUANG TELEKOMUNIKASI di dada mereka menjadi sekedar "profesional" yang berbasis "kerja sesuai gaji" dan "Karya berdasar absensi".
Padahal, dalam sejarahnya--Indosat berisi insinyur-insinyur terbaik di Indonesia. bahkan banyak "jebolan" Indosat berperan penting di operator lain. Pak Hasnul Suhaemi misalnya--direktur XL yang juga ex direktur Indosat.