1. Menutup kebocoran anggaran negara Rp. 1000 trilyun/tahun
2. Strategi dorongan besar (untuk menambah kekayaan negara)
3. Pembangunan infrastruktur
4. Pembangunan sosial (pendidikan, kesehatan dll) untuk kesejahteraan rakyat.
Dimana point 1 dan 2 digunakan untuk pembiayaan point 3 dan 4 dibawahnya
Nah, menariknya--ternyata pada tahun 2012 muncul istilah "Hattanomics" oleh "The Jakarta Globe". Dimana dalam artikel tersebut, disebutkan munculnya kepanikan dari Amerika dan negara-negara barat atas kebijakan Hatta Rajasa sebagai Menkoekuin atas keharusan investor asing men-divestasi-kan kepemilikan sahamnya di perusahaan khususnya di bidang tambang, meneral dan enargi yang beroperasi di Indonesia. Minimal 51% kepemilikannya oleh pemerintah dengan kurun waktu tertentu.
Belum lagi kebijakan memperketat aturan soal bea ekspor tambang, pembatasan impor daging, pembatasan pintu masuk impor dan perlunya inovasi dalam pengolahan tambang mentah menjadi produk jadi.
Hal yang di sebut barat dan Amerika sebagai "nasionalistik" dan "proteksionis". Walau menurut Hatta Rajasa sendiri, hal itu hanya merupakan "renegosiasi".
Hal yang jelas merupakan implementasi teknis "strategi dorongan besar" ala Prabowo. Hattanomics sendiri jelas merupakan persiapan menuju konsep ekonomi kerakyatan yang diamanahkan UUD 1945 pasal 33 asli, dimana konsep ekonomi asli bangsa Indonesia itu sedang terjepit oleh dominasi neoliberal dengan pasar bebasnya.
Hatta sangat cerdik dengan 'hanya' memberi batasan saja dalam pasar bebas dan pararel menerapkan ekonomi kerakyatan secara bertahab. Sepertinya ini jawaban atas sindiran SBY terhadap "capres yang berbahaya" karena rencana nasionalisasinya yang dianggapnya sangat frontal. hehehe...
Nah, akhirnya saya paham. Pilihan Prabowo dengan menjadikan Hatta Rajasa sebagai pasangannya dalam Pilpres 2014 memang sesuai dengan statement nya terdahulu. Hatta bisa jadi akan dijadikan pemimpin pelaksana strategi ini sedangkan Prabowo akan memimpin langsung penyelamatan kebocoran uang negara 100 trilyun. Kerjasama yang PAS! Dwitunggal!
Jadi dengan data yang saya pelajari diatas, terpaksa saya jadi mengungkit-ungkit ramalan ratu kembar nya Sabdo Palon. Sosok yang sering pula di identikan dengan Ki Semar. Ki Semar yang entah mungkin ini perasaan saya saja, kok sekilas raut wajahnya mirip (isi sendiri)... hehehe....
Selamat pagi dan tetap MERDEKA!
====