Usai disemayamkan di pendopo warga, jenazah dipindahkan ke Balairung UGM untuk memberikan penghormatan terakhir kolega beliau di kampus UGM sebelum akhirnya jenazah beliau di makamkan di komplek pemakaman keluarga UGM.
[caption id="attachment_356800" align="aligncenter" width="560" caption="Keluarga mendiang Prof. Suhardi (Dok. Pribadi)"]
![1409632757513923969](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1409632757513923969.png?t=o&v=700?t=o&v=555)
Untung saja Gerindra mempunyai team Marching Band yang membuat pemakaman ini sedikit terlihat "mewah". Walau tetap saja, irama drum dan trompetnya malah semakin menbuncahkan rasa sedih dan mendalam. Fadli Zon, Waketum Partai Gerindra yang memimpin upacara pemakaman ini pun membacakan pidato perpisahan dan penghormatan atas jasa dan prestasi besar Prof Suhardi sebelum jenazahnya dikebumikan.
Seperti biasa, usai dikebumikan sang modin memberikan ceramah dan kesaksian atas amal-amal beliau semasa masih hidup. Terakhir, pak modin bercerita tentang sifat "ahli sedekah" nya almarhum Prof. Suhardi. Salah satu sedekah terakhirnya adalah me-wakaf-kan tanah seluas 500 meter persegi untuk pendirian pesantren khusus lansia, sebuah pesantren yang dikelola olah sang modin yang ternyata masih merupakan rekan prof. Suhardi ketika masih kuliah.
Duh, Gusti...