Mohon tunggu...
srytn_
srytn_ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa

Manusia adalah makhluk yang fana, menulislah maka kamu akan abadi dalam sejarah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kota Keris

11 Oktober 2020   08:12 Diperbarui: 11 Oktober 2020   08:15 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

di kota ini cintaku musnah ditikam keris khianatmu
tanah basah dengan genangan air mataku

rindu bagaikan bara api murka
asap putihnya membawa aroma penyesalan

hujan sering kali jatuh di jantung kota
menjelma kedukaan di pipiku yang basah
senyap yang menggantung pada kelam malam
adalah desah napas kecewa yang kutiupkan perlahan

angin lalu lalang mengibaskan rambutku menggugurkan daun-daun yang layu
senandungku bertempik, melukiskan gelabah di dasar kalbu
tiada yang menyimak, mendengar segala rintih ini, sayang
hanya ratap diri dalam tudung pedih
mengikhlaskanmu yang telah pergi

Gili Genting, 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun