di kota ini cintaku musnah ditikam keris khianatmu
tanah basah dengan genangan air mataku
rindu bagaikan bara api murka
asap putihnya membawa aroma penyesalan
hujan sering kali jatuh di jantung kota
menjelma kedukaan di pipiku yang basah
senyap yang menggantung pada kelam malam
adalah desah napas kecewa yang kutiupkan perlahan
angin lalu lalang mengibaskan rambutku menggugurkan daun-daun yang layu
senandungku bertempik, melukiskan gelabah di dasar kalbu
tiada yang menyimak, mendengar segala rintih ini, sayang
hanya ratap diri dalam tudung pedih
mengikhlaskanmu yang telah pergi
Gili Genting, 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H