Pada tahun 2005 suamiku membeli rumah dekat sekolah. Lalu di bangun karena rumah tersebut bentuknya rumah jaman dulu. Dari jalan lebih rendah ke teras rumahku.Â
Sebelum dibangun di tinggikan dulu posisi rumah tersebut. Tetapi yang halaman belakang lebih tinggi daripada rumah. Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 20-15 menit.Â
Ya...namanya bertangga kadang-kadang bertemu di jalan secara berpapasan suka ngajak ngobrol dulu. Sebenarnya jarak dengan jalan kaki 5 menit juga sampai ke sekolah.Â
Di halaman belakang suamiku berternak ayam kampung. Pada tahun 2014 bibitnya di kasih oleh bibi adk ibuku 2 ekor betina dan 1 ekor jantan . Namanya hewan cepat sekali berkembang biak. Selain diambil telornya ada juga yang di jual.Â
Karena tetangga membutuhkan ayam kampung untuk di sayur. Pada saat lebaran . Lumayan ada penghasilan tambahan. Di belakang juga menanam bunga yang semacam bambu-bambuan yang tidak ada bunganya.Â
Dahulu pada tahun 2007 di belakang tumbuh sendiri pohon cabai rawit domba. Kadang-kadang kalau lagi masak ada cabai rawit busuk suka dibuang di pinggir-pinggir benteng.Â
Lumayan tidak perlu beli cabai rawit ke warung. Di tanam juga pohon jeruk lemon,serai,salam,kunyit,jahe. Sayang tanaman tersebut tidak lama tumbuhnya. Habis di makan tikus tanah dan tikus selokan yang suka manjat ke pagar.
Akhirnya halaman belakang di pakai ternak ayam kampung. Tikus-tikus tanah dan dari solokan takut dengan suara ayam yang suka berisik . Kalau ada makhluk halus /jin dan tikus-tikus jadi ketakutan.Â
Kejadian rumah kebanjiran yaituÂ
1. sejak tahun 2007Â
2.tahun 2021
3.tahun 2022
Banjir di rumahku akibat saluran air dari halaman belakang dicakaran sama ayam-ayam yang suka cari makanan di dalam tanah. Padahal makanan dedak,nasi dan sayuran yang tidak habis suka dikasihkan ke ayam.Â
Banjir yang ke 3 kejadian pukul 15.30 saat adzhan Ashar. Di langit terdengar petir-petir yang sangat menggelegar. Di rumah penulis di temani meong Kiwi yang sedang tidur di dalam dus.Â
Diriku sedang nonton TV  acara di  SCTV  sinetron anak muda judul jari-jari cinta dan roda-roda gila atau nonton TV acara di Indosiar sinetron kesukaan emak-emak dengan lagu Rossa "Kumenangis...."
Diriku sedang asyik nonton sinetron tiba-tiba meong Kiwi pindah tidurnya ke meja komputer. Pertama tidak terasa bahwa air yang masuk di halaman belakang sudah masuk ke ruang keluarga.Â
Meong Kiwi ramai...mungkin memberitahu ada air masuk. Suara meong Kiwi meong...meong...meong...Kataku bertanya ada apa kamu ramai sekali,sudah mau tidur,tidur saja. Â
Lalu diriku berdiri sejak pulang sekolah jam 14.30 lagi tiduran di kursi panjang. Terasa ada yang dingin ke telapak kakiku. Waduh...kaget sekali langsung berdiri.Â
Membuka pintu halaman belakang ternyata air sudah penuh. Di dalam kolam yang di halaman belakang masuk ke rumah. Pantesan meong Kiwi memberitahu ada air masuk.Â
Lalu menengok ke halaman depan di jalan sama airnya sudah tinggi. Alhamdulillah...tidak masuk ke halaman depan.
 Di lihat ada 2 ekor kucing yang suka dikasih makan. Lagi berteduh ...Karena kasihan dimasukkan di simpan di ruang depan.Â
Yaitu meong Leci sudah 4 tahun ada di rumahku . Berbarengan dengan meong Kiwi. Kalau meong Leci jarang masuk ke rumah .Suka pipis sembarangan.Â
Kalau meong kiwi mau pipis atau bab suka bilang . Langsung mendekati pintu ingin keluar. Kalau sudah tidur ada 2-5 jam asal jangan diganggu .
Langsung ke kamar mandi cari sapu plastik dan alat pel. Sedih...di luar petir terdengar sangat keras . Diriku sibuk mengeluarkan air . Dari pintu halaman belakang ke pintu depan .
 Karena sejajar dan lebih rendah ubin-ubinnya. Jadi air mengalir lebih mudah. Terbayang kalau seperti di daerah lain air hujan karena banjir sampai suhunan rumah tertutup air.Â
Ini air hanya beberapa cm sudah capai dan kedinginan . Badanku mulai menggigil karena diriku punya punyakit Asma. Namanya orang Sunda.Â
Masih ada kata untung air tidak masuk ke kamar,ruang tamu dan dapur . Karena suamiku membuat rumah . Dari ruang keluarga lebih rendah. Daripada ke ruang tamu,kamar lantai bawah dan dapur.Â
Jadi air hanya mengenai ruang keluarga. Karpet biasanya suka diamparkan. Sudah dari lebaran karpet langsung digulung. Ya...tetap basah karena ada di ruang keluarga.Â
Penulis masih bersyukur rumahku kebanjiran air dari halaman belakang bening,tidak mau air selokan. Alhamdulillah...masih beruntung rumah kebanjiran hanya beberapa cm ???
Kita harus selalu bersyukur kepada Allah Subhanawataala selalu melindungi umatnya dari segala musibah. Asal kita bertaqwa dan beribadah kepadaNya.Â
Semoga tulisanku bermanfaat untuk pembaca dan pengunjung blog Kompasiana. Semangat untuk hidup sehat dan jaga prokes.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H