Mohon tunggu...
sri wedari
sri wedari Mohon Tunggu... -

extraordinary silent reader

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ratap

2 Juli 2014   00:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:55 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kecaman ini datang beruntun

ketika hidup tak lagi berharga mati, apa yang kau janjikan lagi

meraba tanah basah dengan kalimat tak terbaca hati manusia

siapa yang mengerti

aku berdiri sendiri, mencoba meraih obor yang dinanti

sepi dalam tanah pijakan yang meruam hingga ke nadi

kemana hati manusia pergi kini

hujaman kalimat yang merobek keadilan, merobek kesadaran manusiawi

hei, kawan

kemana kau berlari, tiada lagi tempat sembunyi dari virus ini

mereka sudah mendarah, nyanyian fitnah sudah terdengar merdu

aku hanya terdiam sekali lagi

meratapi kemana hati manusia pergi

diam, bersuara dalam diam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun