kecaman ini datang beruntun
ketika hidup tak lagi berharga mati, apa yang kau janjikan lagi
meraba tanah basah dengan kalimat tak terbaca hati manusia
siapa yang mengerti
aku berdiri sendiri, mencoba meraih obor yang dinanti
sepi dalam tanah pijakan yang meruam hingga ke nadi
kemana hati manusia pergi kini
hujaman kalimat yang merobek keadilan, merobek kesadaran manusiawi
hei, kawan
kemana kau berlari, tiada lagi tempat sembunyi dari virus ini
mereka sudah mendarah, nyanyian fitnah sudah terdengar merdu
aku hanya terdiam sekali lagi
meratapi kemana hati manusia pergi
diam, bersuara dalam diam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H