Dengan agak keberatan bapak itu setuju. Ia kembali berjalan ke motornya. Dari punggungnya aku melihat ia membuka kaca mata dan mengusap kedua bola matanya. Sepertinya menangis. Ia senang menemukan kucing kesayangan, atau sedih kucingnya lupa dengan tuan.
Keesokan pagi aku tidak melihat lagi Ubuik dengan suara manjanya di seberang pagar menunggu makan, begitu juga sore. Dua hari berlalu ada juga kerinduan dengan Ubuik yang selalu bernyanyi menugguku pulang dari kantor atau melepasku pergi bekerja.
Empat hari berikutnya, ketika pulang kantor, Ubuik muncul seperti sebelumnya. Kaget melihat datang. Apa yang terjadi, apakah ia kabur dari rumah tuannya, atau bapak itu menyerah memelihara Ubuik yang inign kembali ke sini?
Hingga tulisan ini dibuat, Ubuik masih datang setiap pagi dan sore. Seperti biasa aku dan suami memberinya makan di luar pagar. Meski sesekali Owi suka menghajar Ubuik, tidak membuatnya jenuh. Kucing yang tangguh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H