Mohon tunggu...
SRI WARDANI
SRI WARDANI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan MC

Suka Menulis, MC pemerintahan. Pernah menjadi Presenter di stasiun TV lokal. Meraih Juara II MC antar instansi Provinsi Riau (2014). Juara I lomba cerpen Penerbit Kertas Sentuh, Juara II Lomba Cerpen Penerbit Prospect. Juara III lomba Dongeng Tianisa Bookstore, Juara Harapan I Lomba cerpen The Journalish Publishing, Peringkat 5 lomba Cerpen Horor Tinta Misteri. Meraih 10, 20, 30, 50 besar lomba cerpen dan puisi lainya. Karya puluhan buku antologi fiksi dan non fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Minat Baca dan Literasi Indonesia Rendah? Cek Fakta

15 Desember 2021   22:05 Diperbarui: 15 Desember 2021   22:11 2758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto : edukasiokezone.com

foto : beritabaik.id
foto : beritabaik.id

Bukti minat terhadap buku makin tinggi dalam beberapa tahun terakhir terlihat dari pertumbuhan industri penerbitan dan permintaan nomor angka standar buku internasional (ISBN) yang meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2016 tercatat sebanyak 64.599 ISBN, tahun 2019 123.227 ISBN dan tahun 2020 144.793 ISBN (www.perpusnas.go.id). 

Selain itu, mahalnya harga buku menjadi penyebab berikutnya mengapa minimnya minat baca. Tingkat penghasilan masyarakat Indonesia tergolong rendah. Rata-rata buku hari ini berkisar pada harga dari sembilan puluh ribuan hingga seratus ribu rupiah. Membeli satu buku hampir sama membeli satu karung beras sepuluh kilogram. Keterbatasan ekonomi sedangkan kebutuhan hidup yang mendesak menjadi penyebab pilihan untuk membeli buku dikesampingkan. Para orang tua dengan ekonomi pas-pasan tidak akan sanggup membelikan buku untuk sang anak yang seharusnya sedini mungkin dibiasakan untuk rajin membaca.

Memang, pemerintah telah melakukan berbagai upaya dan program untuk menggalakkan literasi. Setiap daerah menyediakan perpustakaan masing-masing. Namun, tidak semua orang bisa menjangkau perpustakaan.

Kemudian, buku-buku gratis yang tersedia di perpustakaan lebih banyak buku-buku lama. Hal ini menjadi kurang menarik bagi generasi milenial yang  lebih menyukai hal-hal baru.

foto : edukasiokezone.com
foto : edukasiokezone.com

Untuk itu, kita jangan mempermasalahkan rendahnya minat baca dan skor PISA yang diperoleh. Akan lebih baik jika kita terus berupaya bagaimana meningkatkan literasi Indonesia agar makin lebih baik. Perlu beberapa upaya yang dilakukan agar semangat membaca generasi saat ini dengan melakukan beberapa hal.

Pertama, lebih intens menggerakkan perpustakaan keliling di seluruh Indonesia. Buku yang mudah didapat akan membuat orang akan tertarik membaca.

Kedua, keberadaan perpustakaan tidak hanya di sekolah atau di perpustakaan milik pemerintah. Namun, seharusnya digalakkan juga pada setiap kantor baik swasta atau pemerintah. Seandainya setiap instansi atau perkantoran menyediakan buku-buku bacaan, bisa saja karyawan yang memiliki waktu luang disela-sela kesibukan akan tertarik membaca.

Ketiga, peran guru sangat besar untuk meningkatkan minat baca anak sebagai generasi emas bangsa. Ada empat kompetensi guru  (www.kocoschools.com), salah satunya adalah kompetensi pedagogik. Seorang pendidik mengayomi kebutuhan siswa membentuk potensi peserta didik untuk kritis, kreatif dan inovatif, salah satu cara melalui banyak membaca.

Kondisi pandemi hari ini tidak menjadi halangan bagi guru bersinergi dengan anak didik. Perkembangan dunia digital telah membantu dunia pendidikan menghadapi belajar daring dengan banyaknya pilihan platform mengajar (https://blog.kocoschools.com/academy/ yang akan membantu menggiatkan literasi. Dibantu peran orang tua di rumah dengan memberi contoh kebiasaan banyak membaca. Jika hal ini dilakukan Indonesia akan bangkit dan menghasilkan generasi yang cerdas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun