Mohon tunggu...
Sausan Al Ward
Sausan Al Ward Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan MC

Suka Menulis, MC pemerintahan. Pernah menjadi Presenter di stasiun TV lokal. Meraih Juara II MC antar instansi Provinsi Riau (2014). Menjuarai beberapa lomba cerpen dan cerita anak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Minat Baca dan Literasi Indonesia Rendah? Cek Fakta

15 Desember 2021   22:05 Diperbarui: 15 Desember 2021   22:11 2758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto : newindonesia.org

Berdasarkan hasil penelitian dari PISA (Program for International Student Assessment) yang dirilis tahun 2019, pada tahun 2018 tingkat literasi Indonesia berada di urutan terakhir yaitu 69 dari 77 negara.

PISA adalah program internasional yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) untuk mengukur kemampuan peserta didik pada rentang usia 15 tahun. Program ini memiliki tiga objek penilaian yaitu literasi sains, literasi matematika dan membaca. PISA diadakan pertama kali tahun 2000 dan diselenggarakan setiap tiga tahun sekali dari beberapa negara salah satunya Indonesia.

Berbagai respon masyarakat menanggapi hasil skor Indonesia. Ada yang sangat menyayangkan angka itu, meragukan fakta tersebut dan menjadikan skor rendah untuk menambah motivasi menghidupkan semangat literasi.

Menurut KBBI, literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. World Economic Forum tahun 2015 menetapkan bahwa ada enam literasi dasar berupa literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan. 

Dari sekian banyak bagian literasi, dalam indikator PISA hanya tiga jenis saja yaitu literasi sains, literasi matematika dan membaca. Artinya, jangan mempermasalahkan peringkat Indonesia dari PISA, mari bergiat untuk bangkit dan membuktikan tidak separah itu.

Meskipun rendahnya minat baca dan minimnya literasi Indonesia menurut UNESCO sangat memprihatinkan, Indonesia urutan kedua dari bawah literasi dunia, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%, artinya 1000 orang Indonesia hanya satu yang suka membaca. Sedangkan riset dari Central Connecticut State University pada Maret tahun 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat 60 dari 61 negara soal minat membaca.(keminfo.go.id)

Masih dari laman yang sama, data wearesocial per Januari 2017, orang Indonesia mampu menatap layar gadget hampir sembilan jam sehari, pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika. Dalam hal bersuara di media sosial berada di urutan kelima dunia. Prestasi yang 'membanggakan' bermedia sosial, tetapi rendah dalam literasi terutama membaca buku.

Mengapa lebih aktif di media sosial? Karena  medsos lebih mudah diakses. Rendahnya minat baca bisa jadi disebabkan oleh akses mendapatkan buku-buku yang sulit.

Wilayah Indonesia yang sangat luas dan masih terbatas akses satu samalain, sehingga masyarakat Indonesia memiliki kendala untuk mendapatkan buku-buku. Jika demikian, bagaimana untuk bisa membaca?

Kepala Pespustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando mengatakan, sebenarnya masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang tinggi, hanya saja kekurangan bahan bacaan terutama di daerah pelosok. Hal ini terbukti jika mobil literasi datang masyarakat suka membaca (www.antaranews.com).

foto : beritabaik.id
foto : beritabaik.id

Bukti minat terhadap buku makin tinggi dalam beberapa tahun terakhir terlihat dari pertumbuhan industri penerbitan dan permintaan nomor angka standar buku internasional (ISBN) yang meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2016 tercatat sebanyak 64.599 ISBN, tahun 2019 123.227 ISBN dan tahun 2020 144.793 ISBN (www.perpusnas.go.id). 

Selain itu, mahalnya harga buku menjadi penyebab berikutnya mengapa minimnya minat baca. Tingkat penghasilan masyarakat Indonesia tergolong rendah. Rata-rata buku hari ini berkisar pada harga dari sembilan puluh ribuan hingga seratus ribu rupiah. Membeli satu buku hampir sama membeli satu karung beras sepuluh kilogram. Keterbatasan ekonomi sedangkan kebutuhan hidup yang mendesak menjadi penyebab pilihan untuk membeli buku dikesampingkan. Para orang tua dengan ekonomi pas-pasan tidak akan sanggup membelikan buku untuk sang anak yang seharusnya sedini mungkin dibiasakan untuk rajin membaca.

Memang, pemerintah telah melakukan berbagai upaya dan program untuk menggalakkan literasi. Setiap daerah menyediakan perpustakaan masing-masing. Namun, tidak semua orang bisa menjangkau perpustakaan.

Kemudian, buku-buku gratis yang tersedia di perpustakaan lebih banyak buku-buku lama. Hal ini menjadi kurang menarik bagi generasi milenial yang  lebih menyukai hal-hal baru.

foto : edukasiokezone.com
foto : edukasiokezone.com

Untuk itu, kita jangan mempermasalahkan rendahnya minat baca dan skor PISA yang diperoleh. Akan lebih baik jika kita terus berupaya bagaimana meningkatkan literasi Indonesia agar makin lebih baik. Perlu beberapa upaya yang dilakukan agar semangat membaca generasi saat ini dengan melakukan beberapa hal.

Pertama, lebih intens menggerakkan perpustakaan keliling di seluruh Indonesia. Buku yang mudah didapat akan membuat orang akan tertarik membaca.

Kedua, keberadaan perpustakaan tidak hanya di sekolah atau di perpustakaan milik pemerintah. Namun, seharusnya digalakkan juga pada setiap kantor baik swasta atau pemerintah. Seandainya setiap instansi atau perkantoran menyediakan buku-buku bacaan, bisa saja karyawan yang memiliki waktu luang disela-sela kesibukan akan tertarik membaca.

Ketiga, peran guru sangat besar untuk meningkatkan minat baca anak sebagai generasi emas bangsa. Ada empat kompetensi guru  (www.kocoschools.com), salah satunya adalah kompetensi pedagogik. Seorang pendidik mengayomi kebutuhan siswa membentuk potensi peserta didik untuk kritis, kreatif dan inovatif, salah satu cara melalui banyak membaca.

Kondisi pandemi hari ini tidak menjadi halangan bagi guru bersinergi dengan anak didik. Perkembangan dunia digital telah membantu dunia pendidikan menghadapi belajar daring dengan banyaknya pilihan platform mengajar (https://blog.kocoschools.com/academy/ yang akan membantu menggiatkan literasi. Dibantu peran orang tua di rumah dengan memberi contoh kebiasaan banyak membaca. Jika hal ini dilakukan Indonesia akan bangkit dan menghasilkan generasi yang cerdas.

Salam Literasi

Sumber bacaan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun