Lima belas tahun telah berlalu pasca bencana besar yang menghantam wilayah Banda Aceh dalam tragedi tsunami pada 26 Desember 2004 silam.
Liburan or sekedar jalan-jalan tidak selalu harus ke tempat-tempat hiburan maupun wisata alam saja, namun wisata religi pun memiliki rasa, pengetahuan dan kepuasan tersendiri saat kita menjalaninya.
Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu destinasi wisata religi yang bisa kita kunjungi. Selain menikmati obyek dan daya tarik wisatanya, kita juga bisa lebih mendekatkan diri kepada sang penciptaNya.
Masjid raya Baiturrahman adalah bangunan yang mampu menahan diri dan tetap berdiri kokoh kala gelombang besar menghampiri tubuhnya.
Ia tetap tegar berada ditengah bangunan yang seketika rata dengan tanah saat kejadian nahas tersebut. Bahkan masjid ini sempat dijadikan sebagai tempat berlindung oleh masyarakat sekitar saat tsunami datang menyerang.
Selepas 15 tahun pasca bencana yang oleh PBB ditetapkan sebagai bencana kemanusiaan terbesar saat itu, Baiturrahman yang merupakan salah satu ikon kota tesebut kini semakin megah dengan balutan tangan-tangan ikhlas yang membuat penampilannya indah dan menawan bak Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi.
Jika kita mengunjungi Aceh, kurang lengkap rasanya jika belum melangkahkan kaki ke masjid ikonis yang satu ini. Mesjid ini begitu populer dan selalu ramai dikunjungi baik oleh masyarakat Aceh sendiri maupun wisatawan luar yang tengah berkunjung ke Aceh.
Sejarah Masjid Raya Baiturrahman
Sejarah mencatat bahwa Masjid ini pernah dihanguskan oleh kolonial Hindia Belanda saat melakukan serangan ke Koetaradja (Banda Aceh) pada 10 April 1873.
Pihak Belanda dalam hal ini Jenderal Van Swieten pun menjanjikan pemimpin lokal bahwa ia akan kembali membangun masjid raya sebagai permintaan maaf dan untuk meredakan resistensi masyarakat Aceh terhadap pendudukan Belanda.