Mohon tunggu...
Sri Wahyuni
Sri Wahyuni Mohon Tunggu... Mahasiswa -

i'm a pluviophile. i really love writing and singing. ordinary girl. and addctd with coffee (:

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Duka Sang Penyanyi

4 November 2017   07:13 Diperbarui: 4 November 2017   08:26 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Ayah setuju sama Ibu Sekar. Bosan ke Dufan terus. Ke taman safarilah sekali-kali. Biar kamu juga bisa dapat pengetahuan disana"

Mereka bertiga Asyik bercanda. Kemudian, Ada seekor kucing yang ingin menyeberang. Ayah Sekar langsung membanting stir mobil kearah kiri. Dan ternyata Arah kiri tersebut adalah Jurang. Ayah Sekar meninggal ditempat kejadian sambil menggenggam tangan Sekar. Sedangkan Ibu Sekar juga kondisinya parah saat itu. Kakinya terjepit di antara jok mobil. 

Saat itu Sekar mengalami trauma. Beberapa Bulan kepergian Ayahnya, Keadaan ekonomi Sekar dan ibunya memburuk. Harta peninggalan Ayahnya telah di jual untuk keperluan hidup. Saat kejadian itu, Sekar baru saja lulus SMA.  Jadi, Sekar memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Sekar memilih untuk bekerja saja. Pagi sampai sore Ia bekerja disebuah Cafe. Sedangkan mulai pukul 7 malam sampai jam 10 Sekar mendapatkan pekerjaan sebagai seorang penyanyi disebuah Restoran besar.

Komunikasi Sekar dan Ibunya tak pernah berjalan baik sejak kecelakaan itu.

Ibu Sekar selalu meminta maaf kepadanya. Meskipun kecelakaan itu Bukanlah kesalahan dari Ibunya.

Ibunya Sekar merasa bersalah kepada Anak kesayangannya itu. Di saat remaja-remaja yang lain pergi jalan-jalan ataupun nongkrong-nongkrong bersama teman-temannya, Sekar malah bekerja untuk menghidupinya.

" Sekar, Ibu minta maaf nduk kalo ibu selama ini sudah buat kamu menderita. Maafkan Ibu. Ibu tahu Ibu salah. Maafkan Ibu. Kamu jangan lupa makan yah nduk. Jaga kesehatan dan jangan lupa sama Allah. Ingat nduk, kamu itu gak pernah sendirian. Ada Ibu dan Ayah yang akan selalu mendukung kamu dan jagain kamu. Maafin Ibu " Kata Ibu Sekar sambil menangis terseduh-seduh. Ibu Sekar memegang tangan sekar begitu erat seolah tak ingin melepaskannya. Namun saat itu Sekar mengabaikan Ibunya lagi.

" jangan sentuh-sentuh Aku. Simpan aja Air mata Ibu untuk pemakaman Aku nanti " Kata Sekar kasar. Kemudian Sekar pergi ke Cafe tempatnya bekerja. Ia meninggalkan Ibunya yang sedang menangis. Menangis terseduh-seduh.. Air Matanya terus mengalir deras. Pipinya semakin pucat. Seakan aliran darahnya berhenti.

Di Seberang sana, Di cafe tempat Sekar bekerja, Sekar merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya dan mengganggu pikirannya. Ia juga tidak konsentrasi bekerja. Ia sudah 2 kali memecahkan piring. Tak biasanya Sekar ceroboh dalam bekerja. Beberapa jam kemudian, Sekar mendapatkan telefon.

" Sekar, pulang sekarang.. Ibumu sudah meninggal " Sekar hanya tertawa kecil mendengar apa yang di katakan orang tersebut. Menurutnya itu lelucon yang bodoh. Ibunya baik-baik saja tadi pagi. Ibunya juga sehat-sehat saja. Sekar memutuskan telefon tersebut. Kemudian orang tersebut menelfon Sekar lagi..

" pulanglah, Ibumu benar-benar sudah pergi " kali ini Jantung Sekar berdebar kencang. Nafasnya terengah-engah. Sekar memutuskan untuk ijin pulang dan memastikan kabar tersebut. Sekar berlari kencang. Pikirannya campur aduk. Tak mungkin Ibunya meninggal. Begitu fikir Sekar. Sesampainya dirumahnya, terlihat keramaian. Semua orang terisak. Terdengar doa-doa sedang mereka bacakan. Kaki Sekar bergetar. Air mata yang 3 tahun terakhir jatuh, Akhirnya turun juga. Air mata yang ia pertahankan jatuh juga. Ia menangis. Terisak sejadi-jadinya. Isakannya mampu terdengar hingga di lubang terkecilpun. Ia menangisi jasad Ibunya yang kini tengah di tutupi kain kafan. Ia menyesal. Satu-satunya yang Ia punya sudah pergi. Kini Ia sebatang kara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun