Mohon tunggu...
Sri Sutrianti
Sri Sutrianti Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA SMP

tertarik belajar menulis sebagai upaya ekspresif terapi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Candi Sukuh Penuh Misteri

4 Oktober 2024   05:46 Diperbarui: 4 Oktober 2024   08:49 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penginapan di Depan Candi
Sebelum menjelajah lebih jauh, kami mencari penginapan. Kami menemukan sederhana yang terletak tepat di depan candi, sebuah tempat yang bersahaja namun nyaman. 

Dari balkon kamar, pandangan kami langsung tertuju pada lembah yang diselimuti kabut, seolah-olah kami sedang berada di atas awan. Hutan dan pegunungan di kejauhan terasa begitu dekat.  Memberikan sensasi kedamaian yang tak tergantikan.

Malam itu, kami beristirahat di penginapan. Suasana hening di sekeliling, hanya ada bunyi-bunyi alam yang menjadi pengiring tidur kami. Dalam keheningan itu, saya merasa ada sesuatu yang berubah. Kekosongan dari penundaan pengobatan di Nanggulan mulai diisi oleh ketenangan yang perlahan tumbuh dari dalam diri.

Menyusuri Candi Sukuh
Keesokan paginya, setelah semalam beristirahat dalam kedamaian pegunungan, kami beranjak menuju Candi Sukuh. Seorang pemandu lokal, Pak Surono, telah siap menanti di pelataran candi, menyambut kami dengan senyuman tenang yang mencerminkan kesederhanaan kehidupan pedesaan di sekitar Gunung Lawu. 

"Kita akan memulai dari gapura utama," ucap Pak Surono sambil berjalan mendahului kami. Kami pun mengikuti langkahnya, perlahan melangkah ke gerbang pertama Candi Sukuh. 

Bentuk gapura ini sederhana, tetapi sarat makna, menyerupai pintu setengah lingkaran yang melambangkan pintu masuk menuju dunia spiritual. Dari sinilah, perjalanan batin seseorang dimulai, meninggalkan dunia fana untuk meraih pencerahan.

Sesampainya di pelataran utama, pemandu kami mulai menjelaskan bahwa Candi Sukuh didirikan pada abad ke-15, di akhir kejayaan Majapahit. Era ini adalah masa transisi yang penting dalam sejarah Jawa, ketika pengaruh agama Hindu-Buddha mulai turun  dan Islam perlahan mulai mengakar di pulau ini. 

Candi ini menjadi salah satu warisan arkeologis yang menyimpan jejak-jejak spiritualitas masyarakat Hindu-Jawa yang telah lama berkembang. Tetapi juga dipengaruhi oleh unsur-unsur lokal dan kepercayaan animisme yang sudah ada jauh sebelumnya.

Pak Surono mengarahkan kami pada artefak pertama yang terletak di sebelah kiri pelataran: sebuah relief besar yang menggambarkan Garuda, makhluk setengah burung setengah manusia dalam mitologi Hindu. 

Di Candi Sukuh, Garuda tidak hanya sekedar makhluk mitologis; ia adalah simbol transendensi, pembebasan dari keterikatan duniawi. Relief ini menampilkan Garuda yang tengah melepaskan diri dari belenggu naga, melambangkan perjalanan manusia yang mencari kebebasan spiritual dari dunia material. 

Menurut Pak Surono, relief ini menjadi cerminan dari nilai-nilai masyarakat Jawa kuno, yang percaya bahwa kehidupan di dunia ini adalah perjalanan sementara menuju kehidupan yang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun