Setelah semua penjelasan selesai, kami kembali berfoto bersama, mengabadikan semangat dan kebersamaan sebelum memulai eksplorasi yang sesungguhnya.
Sepanjang perjalanan Narasumber, Bapak Romi menjelaskan, Â Bahwa Anggrek memiliki ciri khas masing-masing. Mereka hidup di hutan dari yang bersifat terestrial sampai epifit.Â
Ada anggrek yang tumbuh subur di hamparan  humus  basah di bawah perdu- perdu yang saling menjalin, dengan contoh Nepenthes. Ada pula yang menempel di batang pohon, cabang dan ranting. Jika kita perhatikan, itu menunjukkan habitat yang sesuai untuk mereka, ketika kita akan membudidayakannya.
Anggrek yang tumbuh di atas humus yang basah menunjukkan kesukaannya dengan tanah yang sangat subur, menyimpan kelembaban dan tidak terlalu suka dengan sinar matahari yang terik. Dan sebaliknya Anggrek yang ada di ranting pohon menunjukkan kesukaannya dengan sinar matahari yang cukup banyak dan angin yang cukup besar.
Berapa puluh bahkan ratus tahun mereka terhimpun dalam hutan  Panjang di sekeliling penangkaran Rusa, Ranca Upas ini.  Ribuan batang pohon tua dan muda saling merapat. Jalin menjalin bersama perdu, tanaman merambat, lumut dan cendawan. Sepanjang perjalanan, tumbuh rimbun gugus pakis yang entah sejak kapan menyembunyikan jalan setapak.
Di sebuah hutan Tropis, pohon-pohon saling merapat, terkadang bertaut, semua bergerombol dengan semak dari jenis dan zaman yang berjauhan.
Dalam hutan ini kita tak  melihat keterpisahan, mereka hidup bersama: dari akar yang kukuh, saling berjalin, mencengkeram ruang, dengan lengan perkasa. Kami tidak hanya menikmati keindahan alam tetapi juga mendapatkan sensasi magis, megah dan eksotik  yang tak terbantahkan.
Kemudian kami turun, terlihat  hamparan kopi, perdu, Cabe Gendot, Kubis-kubisan dan  daun wortel. Bumi dibudidayakan dengan telaten di lereng ini.Â