Ritus Beluk mencerminkan fenomena yang terlihat dan tidak terlihat dalam kehidupan. Upacara ini dilaksanakan dengan penuh keyakinan, menunjukkan hubungan antara realitas material dan spiritual. Estetika paradoks dalam Beluk menggambarkan bahwa seni adalah cahaya atas realitas, memberikan makna baru pada kehidupan sehari-hari. Seni ritus ini menjelaskan bahwa representasi kekuatan dari kuasa tunggal mentransformasi ke dalam bentuk-bentuk estetik dari komponen-komponen ritus Beluk.
PENUTUP
Upacara ritus Beluk adalah bentuk nilai budaya masyarakat agraris yang perlu dipertahankan dan dikembangkan. Nilai-nilai yang terkandung dalam ritus ini mengajarkan kita tentang hubungan harmonis antara manusia dan alam. Melalui pendekatan estetika paradoks, kita dapat memahami warisan budaya nenek moyang kita yang kaya akan makna. Â Baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.Â
Menjaga dan mengembangkan nilai-nilai budaya seperti ritus Beluk adalah tugas generasi penerus untuk menghormati dan melestarikan warisan nenek moyang kita. Dengan demikian, kita dapat terus menuliskan dan mengembangkan nilai-nilai budaya ritus di Nusantara dengan dasar pengembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Anton Bakker: "Ontologi Metafisika Umum (filsafat pengada dan dasar-dasar kenyataan)", 1992, Penerbit KANISIUS (anggota IKAPI): Yogyakarta
Anton Bakker: "Kosmologi Ekologi (filsafat tentang kosmos sebagai rumah tangga manusia)", 1995, Penerbit KANISIUS (anggota IKAPI): Yogyakarta
David Kaplan: "Teori Budaya" (judul asli: The Theory of Culture, penerjemah: Landung Simatupang), 2000, PUSTAKA PELAJAR (anggota IKAPI): Yogyakarta
Donny Grahal Adian: "Fenomenologi", 2010, Penerbit Koekoesan: Depok
Jakob Sumardjo: "Filsafat Seni", 2000, Penerbit ITB: Bandung
Jakob Sumardjo: "Estetika Paradoks", 2006, SUNAN AMBU PRESS STSI BANDUNG: Bandung