…
teu galider tahan sajarah
gunta ganti henteu niru cara nu sejen
tuh jalan nu paten hey jalan konsekwen
….”
Sepanjang Braga. Kilatan cahaya blitz kadang-kadang melampaui kepala kita. Seperti benderang lampu petir yang mengerjap di langit petang, saat kita diguyur gerimis di Jalan Braga. Ya Braga, hanya sebuah jalanan kecil dan pendek di Bandung, tetapi menyimpan kenangan yang panjang untuk seseorang.
BRAGA, sebuah nama yang ikonik, selalu terngiang di telinga masyarakat Bandung, diabadikan dalam sebuah lagu yang dibawakan oleh seniman legendaris seperti Hetty Koes Endang, Nining Meida, Darso.
Lirik lagu "Jalan Braga" menggambarkan romantisme dan keindahan sebuah jalan yang sarat dengan kenangan, cerita dan sejarah. Melalui lagu ini, kita diajak untuk menyelami cerita di balik kemegahan Jalan Braga dari masa ke masa, hingga peran pentingnya dalam kehidupan modern saat ini.
Ahli sastra Sunda mengatakan bahwa Braga berasal dari kata “Baraga” yang merujuk pada jalan di tepi sungai. Jalan Braga ini terletak di tepi Sungai Cikapundung.
Sejarah lain menyebut Braga dulunya adalah jalan pedati yang berlumpur. Kawasan Braga dan sekitarnya terbilang lengkap, selain mal, terdapat juga galeri, kafe, museum, hingga tempat nongkrong.
Sejarah Jalan Braga
Jalan Braga awalnya dikenal sebagai "De meest Europese winkelstraat van Indie," atau "Jalan Perbelanjaan Paling Eropa di Hindia." Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, jalan ini menjadi pusat bisnis dan hiburan bagi para kolonial Belanda yang menetap di Bandung. Arsitektur bangunan di sepanjang Jalan Braga bercirikan gaya Art Deco, yang menambahkan kesan elegan dan eksklusif.
Setelah Indonesia merdeka, Jalan Braga tetap mempertahankan pesonanya. Bangunan-bangunan bersejarah masih berdiri kokoh, menyimpan kenangan masa lalu yang penuh warna.
Berbagai toko, kafe, dan restoran mulai tumbuh, mengundang masyarakat lokal dan wisatawan untuk menikmati suasana khas Braga yang tak lekang oleh waktu.
Memasuki abad ke-21, Jalan Braga mengalami banyak perubahan. Modernisasi dan perkembangan kota yang pesat membawa transformasi signifikan, namun kawasan Braga tetap menjaga keaslian dan nilai historis yang ada. Pemerintah kota Bandung melakukan berbagai upaya restorasi untuk memastikan bangunan bersejarah di Jalan Braga tetap terjaga.
Braga Free Vehicle, Braga Beken: Sabtu dan Minggu
Salah satu inisiatif yang membawa warna baru bagi Jalan Braga adalah pelaksanaan Braga Free Vehicle setiap hari Sabtu dan Minggu. Lebih dikenal dengan istilah Braga Beken (bebas kendaraan).
Selama dua hari ini, kendaraan bermotor dilarang melintas, memberikan ruang bagi pejalan kaki untuk menikmati suasana jalan yang lebih tenang dan nyaman. Braga Free Vehicle di Jalan Braga menjadi ajang bagi masyarakat untuk berolahraga, berkumpul, dan menikmati berbagai hiburan yang sering digelar di sepanjang jalan.
“Lebih leluasa aja untuk melakukan aktivitas apapun, sangat berbeda dengan Braga di hari-hari biasanya, yang biasanya penuh dengan kendaraan sekarang lebih leluasa jalan jalan di tengah jalan pun bisa,” kata Fajar di Jalan Braga Kota Bandung.
Fajar menyebut, jalan Braga sebagai salah satu kawasan heritage itu memang seharusnya bisa lebih tertata dan tidak semrawut.
Antara Tradisi dan Modernitas
Jalan Braga kini bukan hanya sekedar tempat bersejarah, tetapi juga menjadi simbol bagaimana sebuah kota bisa tumbuh dan berkembang tanpa melupakan akar budayanya.
Inisiatif seperti Braga Free Vehicle menjadi contoh nyata bagaimana modernitas dapat berjalan beriringan dengan pelestarian sejarah dan pelestarian lingkungan hidup. Braga tanpa asap kendaraan.
Melalui lagu Jalan Braga, kita diingatkan akan keindahan masa lalu. Sementara langkah-langkah modern seperti Braga Free Vehicle membawa harapan akan masa depan yang lebih baik dan lebih hijau.
Dari lirik lagu Jalan Braga hingga suasana Braga Free Vehicle yang penuh semangat. Jalan Braga tetap menjadi ikon yang mempesona. Jalan ini tidak hanya menyimpan cerita masa lalu. Tetapi juga menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Bandung saat ini.
Dengan segala perubahan dan inovasi, Jalan Braga akan terus menjadi tempat yang selalu dirindukan dan diminati. Sebuah tempat yang memadukan romantisme sejarah dengan dinamika kehidupan modern.
"Di Jalan Braga, setiap jengkal tanahnya bercerita. Ini adalah tempat di mana puisi dan kenyataan bertemu, menciptakan harmoni yang abadi dalam setiap langkah." -Chairil Anwar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H