Lihatlah hai kawanku, di angkasa yang biru,
gerak kanan dan kiri ditiup angin lalu...
Suara nyanyian anakku terdengar dari atas, sayup-sayup terbawa anginlalu yang menderu.
Suara itu tiba-tiba terhenti, tak lama kemudian terdengar suara benda jatuh yang sangat keras seperti Guntur yang jatuh.
Tak lama berselang terdengar lengkingan teriakan memerih memanggilku,”Ibuuuuu”!
Aku tersentak, lengkingan suaranya kemudian menghilang, tak terdengar.
Aku membayangkan anakku terjatuh dari atas langit menghantam angin dan terlempar lagi ke atas awan .
Tubuhnya terkoyak, robek-robek dan retak.
Aku berlari melesat secepat cahaya ke bawah, kemudian melesat kembali lagi ke atas.
Dan aku tak tahu harus kemana berlari lagi?
Tiba-tiba anakku menjelma di hadapan dengan darah pada baju ,
darah pada celana, darah yang memancar deras dari lengan membasahi lantai,