Mohon tunggu...
Sri Sutrianti
Sri Sutrianti Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA SMP

tertarik belajar menulis sebagai upaya ekspresif terapi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

A N I T Y A

12 Mei 2024   10:00 Diperbarui: 12 Mei 2024   10:05 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

A N I T Y A


Pernahkah kamu membayangkan suatu saat  tiba-tiba  didera derita panjang?   

Ginjalmu membengkak, simpul sarafmu terhambat

kemudian satu persatu organ tubuhmu; Rahim, Ovarium, Tuba fallopi dan Kelenjar Tiroidmu 

dikerat menyertai vonis kematian yang semakin mendekat?  

Itu bagaikan ratapan musim gugur yang mencemaskan, menggelisahkan, dan menakutkan

laksana badai pawana yang menghancurkan bunga-bunga, layu dan kering lalu mati. 

Namun apa yang aneh dari perpisahan

bukankah itu terjadi berulang?

Repetisi yang selalu terjadi dalam setiap kisah kehidupan

Yaa Karim,limpahi aku kemurahanMu.

Pernahkah kamu merasakan kebahagiaan  tak berhingga  

yang diberikan oleh sebuah kata (dalam sebuah puisi)? 

Kebahagiaan yang  mengalir lembut 

menyentuh kedamaian dan melebur dalam  ruang kalbu.  

Ya, Apollo telah datang padaku 

merestui Orakel  dengan tuah mantranya yang dahsyat itu

menyelinap ke dalam  tubuhku.


“Oooo  penulis, dengan huruf-huruf apa dapat kau ungkapkan seluruh bentukan sesempurna yang diberi gambar?”  


Sebagaimana gambar 

kata menyimpan begitu cerita dibalik makna 

Tidak hanya berhenti pada cerita yang kamu tanam

dia akan  terus tumbuh dan menyodorkan cerita-cerita baru 

di  atas kertas kenyamanan yang membuat kehidupan menjadi terasa lebih baik. 

di atas ketaknyamanan yang membuat hidupmu semakin tergelitik

Dia penjarakan aku dalam kenikmatan yang menghisap

terus dan terus hingga tubuhmu secara perlahan lenyap

Yaa Hakam, tetapkan aku di dalam MihrabMu.

Pernahkah kamu merasakan waktu berjalan sangat cepat 

dan berlalu bagaikan kilat ?

namun roda waktu berjalan teramat lambat ketika kamu tak berdaya

Dan kemudian   keindahan kata menyulap segalanya

menawarkan seberkas cahaya yang sangat jernih untuk ketakkekalan, 

menawarkan Oase di dalam kekerontangan. 

Aku menghayati 

merasakan

bahkan mengalami gerak eksistensial waktu 

Kata  menjadi Mursyid  yang memberi peringatan 

dan nasihat ruhani atas ketakkekalan

saat merasa berada dalam kesendirian dan keterasingan. 

Puisi adalah pencerah spiritual 

melalui nada indah  

pesan yang mampu merasuk lembut ke dalam sanubari

Yaa Wasi, labuhkan aku dalam SamudraMu

Bandung ,12 Mei 2024
03.12 WIB

Anitya:Ketidak-kekalan (Pali: Anicca; Sanskerta: anitya); 

menunjukkan bahwa segala fenomena yang terkondisi akan lenyap atau tidak kekal,

 atau semua kondisi pada situasi yang terus berputar. 

Segala fenomena berubah-ubah, goyah, dan tidak tetap.

(https://www.google.com/search)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun