Mohon tunggu...
Sri Sutrianti
Sri Sutrianti Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP

tertarik belajar menulis sebagai upaya ekspresif terapi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tragedi Lebah Ratu

11 Mei 2024   08:30 Diperbarui: 11 Mei 2024   08:34 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dasar sotoy! Belum tentu dong. Aku kira semua kesatria gagah dan tampan kok!" Kenikir mencoba membantah.

"Iya, aku sendiri bisa membaca kedekatan itu," timpalku. "Kesatria Satu memang dilahirkan sebagai pejantan yang paling tampan. Bunda Ratu mencintainya. Tapi takdir telah menimpanya."

"Takdir?" Kenikir dan Dandelion bertanya bareng sambil melongo.

"Kamu ingat minggu lalu ada serangan manusia ke sarang kita kan? Oh iya, saat kejadian itu kalian sedang pergi mencari nektar. Aku menyaksikan sendiri bagaimana Kesatria Satu matian-matian melindungi tubuh Bunda Ratu agar tetap aman."

"Lalu bagaimana?"

"Saat manusia penjarah itu mengepulkan asap tebal ke sarang kita, para Kesatria Drones dan kami segera mengadakan perlawanan, mengejar dan menyerang manusia. Kesatria Satu berteriak-teriak memberi komando agar kami terus menyerang dan menyengat. Manusia itu kabur lari pontang-panting. Sarang kita selamat. Beberapa saudara kita mati terbunuh asap, dan satu sayap Kesatria Satu patah. Sejak hari itu dia cedera, dan terus diam terpaku dalam kesedihan."

"Oowhh...." Kenikir dan Dandelion kembali bicara bareng, tapi sedikit tersenyum seperti mengerti sesuatu.

"h, tapi aku lihat ada beberapa saudara kita yang merawatnya kan?"

"Iya, ada yang merawatnya. Tapi dia kini sering terdiam sendirian, sedih, merasa tersisihkan oleh para Kesatria Drones yang lain. Kalian tahu, akhir-akhir ini aku sering melihat Bunda Ratu bersolek. Tubuhnya yang indah memancarkan pesona cinta pada para Kesatria Drones yang mengelilinginya. Bulunya yang kuning keemasan seperti menyala dengan aroma yang memikat para kesatria. Bunda Ratu sepertinya ingin segera bercinta melakukan perkawinan."

"Hmmm....gak apa-apa dech Kesatria Satu bercinta denganku. Aku mau kok!" Dandelion bercanda seraya mengedipkan matanya.

"Hussh! Tuhan mentakdirkan kita hanya untuk berbakti pada Bunda Ratu, dan tidak punya hak untuk bercinta!" kataku. Dandelion diam tidak menyahut, di mukanya tampak ada raut kesedihan yang samar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun