REFLEKSI DI USIA 61 TAHUN
 Oleh: Sri Sugiastuti
Syukur adalah proses yang kuat untuk mengalihkan energimu dan membawa lebih banyak dari apa yang kamu inginkan ke dalam hidupmu. Bersyukurlah atas apa yang sudah kamu miliki, dan kamu akan menarik lebih banyak hal baik
--Rhonda Byrne.
Puji syukur terucap dalam lisan dan perbuatan dilakukan Bu Kanjeng saat usianya genap berusia 61 tahun. Artinya ia sudah menikmati masa pensiunnya selama 1 tahun. Alhamdulillah. Memangnya apa yang dilakukan Bu Kanjeng untuk mengisi masa pensiunnya?
Berbeda dengan orang kebanyakan, boleh dikatakan bahwa Bu Kanjeng memulai karir lainnya di usia senja. Bahkan ia pernah diwawancarai di televisi lokal MTA dan Solopos FM tentang kiprahnya di usia senja.
Karirnya sebagai Guru sudah dijalani selama 35 tahun. Karena saat usianya 25 tahun SK capeg sudah dalam genggaman. Ia cukup ikut sekali tes CPNS di tahun 1985 tepatnya di bulan September, yang bertempat di istora Senayan Jakarta.
Tempat mengajar sesuai di SK yang tertera adalah di SMEA Negeri 3 Jakarta dengan gaji 80 persen sebesar 85 ribu rupiah. 4 bulan berikutnya Bu Kanjeng mengikuti pra jabatan sehingga mendapatkan gaji pokok sekitar  125 ribu rupiah.
Sebagai Guru muda Bu Kanjeng sangat menikmati prosesnya menjadi guru profesional, apalagi saat ia bisa mengajar di sekolah lain sebagai Guru honorer. Ia juga masih memberikan les tambahan kepada anak tetangga yang ingin memperdalam bahasa Inggris.
Bu Kanjeng menikmati profesinya sebagai Guru lajang sekitar 7 bulan. Ia bisa membeli apa yang disukai dari gaji yang didapat tiap bulan. Ia juga bisa berbagi dengan orang tuanya. Saat itu  Bu Kanjeng ikut membantu untuk pemasangan telpon rumah. Tak lupa menabung untuk keperluan tak terduga.
Oktober 1986 Bu Kanjeng dipinang duda beranak 3 yang sampai saat ini sudah menua bersama. 4 anak lelakinya sudah berumahtangga. Di usianya yang 61 tahun ia masih diberi nikmat sehat dan sempat untuk berkunjung dan bersilahturahmi sambil berbagi ilmu di Nusantara.
Bagaimana karir mengajar Bu Kanjeng sebagai Guru dimulai setelah ia menikah?
Sebagai ibu tiri dan juga
sebagai istri. Tentu saja penuh suka duka. Apalagi saat ia harus pindah dari Jakarta ke Sukoharjo, tepatnya ke pondok mertua indah. Suaminya yang anak tunggal punya kewajiban merawat ibunya yang sudah jompo.
Bu Kanjeng pindah mengajar di Solo. Jarak dari rumah sekitar  15 km. Ia mengajar di sekolah swasta. Tentu saja isbn harus beradaptasi dengan sekolahnya yang baru juga dengan keluarga besar sekolah itu dan yayasan yang mengelolanya. Bu Kanjeng akhirnya berstatus sebagai Guru Negeri DPK, artinya ia seorang PNS yang diperbantukan di sekolah  swasta sejak 1990
Karir Bu Kanjeng tidak berkembang.  Ia hanya sebagai Guru Mata Pelajaran, wali kelas atau  jabatan yang paling  tinggi adalah pembantu kepala sekolah bidang kesiswaan.
Posisi ini berlangsung hingga pertengahan tahun 2018.
Sistem pendidikan dan kesejahteraan guru terus berubah. Â Untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dan pendidikan anak-anak anaknya, Bu Kanjeng punya pekerjaan sambilan berjualan baju, dan membuat kue basah yang dititipkan di warung sekitar rumahnya.
Saat diberlakukan adanya TPG ( Tunjangan Profesi Guru) setelah ikut diklat, akhirnya Bu Kanjeng per tahun 2009 mendapat tunjangan yang lumayan besar yaitu  1 kali gaji pokok yang cair setiap triwulan. Bu Kanjeng sangat bersyukur.  Uang itu sangat berguna untuk menguatkan ekonomi keluarga.
Pemenuhan jam mengajar harus 24 jam, membuat Bu Kanjeng harus mengamen di sekolah lain. Dengan ngamen di SMA Swasta Muhamadiyah 1 Surakarta BuKanjeng mendapatkan banyak ilmu sekaligus bisa membandingkan sekolah yang maju dan sekolah yang di bawah standar
Begitu juga saat ngamen di SMK swasta yang besar. punya banyak jurusan dan punya banyak  guru.
Sementara sekolah induk tempat Bu Kanjeng mengajar malah kolaps. Hidup enggan mati tak mau. Di saat sekolah kritis Yayasan mengangkat Bu Kanjeng sebagai sebagai Kepala Sekolah. Sebenarnya Bu Kanjeng bisa saja menolak tawaran dari Yayasan, Â tetapi hati nurani berkata lain.
Bu Kanjeng sudah mengabdi di sekolah tersebut sejak tahun 1990. Sekolah itu bak rumah keduanya. Saat sekolah itu punya siswa yang banyak hingga sekarat seperti saat ini. Siapa yang akan memimpin sekolah ini bila bukan dia yang diberi amanah. Maka sejak tahun  2018 hingga tahun 2022 Bu Kanjeng didaulat sebagai Kepala SMK swasta Tunas Pembangunan 2 yang jumlah siswanya tak lebih dari 60 siswa.
Sekolah di bawah kepemimpinan Bu Kanjeng bisa bertahan di tengah gempuran sekolah negeri yang berkembang secara masif. Prinsip Bu Kanjeng " Kecil bukan berarti lemah".
April tahun 2021 Bu Kanjeng purna sebagai  ASN. Yayasan memperpanjang SK Bu Kanjeng sebagai KS hingga tahun 2026.
Bagaimana karirnya sebagai penulis? Karir menulis yang ditekuni di usia senja, membuatnya produktif menulis. Ia sukses sebagai motivator, narasumber, sekaligus bersemangat sebagai Pe giat Literasi Nusantara.
Pada akhirnya banyak guru yang tergerak berliterasi dan memiliki karya buku. Bu Kanjeng merasa bersyukur bisa memotivasi dan menginspirasi banyak orang untuk berliterasi. Bu Kanjeng berharap bisa memberi banyak manfaat untuk orang lain dalam  berbagi ilmu yang dimiliki.
Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional". (HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H