Mohon tunggu...
Sri Sugiastuti
Sri Sugiastuti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang Pegiat Literasi Nusantara Pendiri PMA Literasi Istikamah, bersinergi dengan PGRI dan Guru di seluruh Nusantara yang memiliki passion Menulis dan pemerhati pendidikan di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi di Usia 61 Tahun

2 Oktober 2022   18:44 Diperbarui: 2 Oktober 2022   18:45 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bu Kanjeng pindah mengajar di Solo. Jarak dari rumah sekitar  15 km. Ia mengajar di sekolah swasta. Tentu saja isbn harus beradaptasi dengan sekolahnya yang baru juga dengan keluarga besar sekolah itu dan yayasan yang mengelolanya. Bu Kanjeng akhirnya berstatus sebagai Guru Negeri DPK, artinya ia seorang PNS yang diperbantukan di sekolah  swasta sejak 1990

Karir Bu Kanjeng tidak berkembang.  Ia hanya sebagai Guru Mata Pelajaran, wali kelas atau  jabatan yang paling  tinggi adalah pembantu kepala sekolah bidang kesiswaan.
Posisi ini berlangsung hingga pertengahan tahun 2018.

Sistem pendidikan dan kesejahteraan guru terus berubah.  Untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dan pendidikan anak-anak anaknya, Bu Kanjeng punya pekerjaan sambilan berjualan baju, dan membuat kue basah yang dititipkan di warung sekitar rumahnya.

Saat diberlakukan adanya TPG ( Tunjangan Profesi Guru) setelah ikut diklat, akhirnya Bu Kanjeng per tahun 2009 mendapat tunjangan yang lumayan besar yaitu  1 kali gaji pokok yang cair setiap triwulan. Bu Kanjeng sangat bersyukur.  Uang itu sangat berguna untuk menguatkan ekonomi keluarga.

Pemenuhan jam mengajar harus 24 jam, membuat Bu Kanjeng harus mengamen di sekolah lain. Dengan ngamen di SMA Swasta Muhamadiyah 1 Surakarta BuKanjeng mendapatkan banyak ilmu sekaligus bisa membandingkan sekolah yang maju dan sekolah yang di bawah standar
Begitu juga saat ngamen di SMK swasta yang besar. punya banyak jurusan dan punya banyak  guru.

Sementara sekolah induk tempat Bu Kanjeng mengajar malah kolaps. Hidup enggan mati tak mau. Di saat sekolah kritis Yayasan mengangkat Bu Kanjeng sebagai sebagai Kepala Sekolah. Sebenarnya Bu Kanjeng bisa saja menolak tawaran dari Yayasan,  tetapi hati nurani berkata lain.

Bu Kanjeng sudah mengabdi di sekolah tersebut sejak tahun 1990. Sekolah itu bak rumah keduanya. Saat sekolah itu punya siswa yang banyak hingga sekarat seperti saat ini. Siapa yang akan memimpin sekolah ini bila bukan dia yang diberi amanah. Maka sejak tahun  2018 hingga tahun 2022 Bu Kanjeng didaulat sebagai Kepala SMK swasta Tunas Pembangunan 2 yang jumlah siswanya tak lebih dari 60 siswa.

Sekolah di bawah kepemimpinan Bu Kanjeng bisa bertahan di tengah gempuran sekolah negeri yang berkembang secara masif. Prinsip Bu Kanjeng " Kecil bukan berarti lemah".
April tahun 2021 Bu Kanjeng purna sebagai  ASN. Yayasan memperpanjang SK Bu Kanjeng sebagai KS hingga tahun 2026.

Bagaimana karirnya sebagai penulis? Karir menulis yang ditekuni di usia senja, membuatnya produktif menulis. Ia sukses sebagai motivator, narasumber, sekaligus bersemangat sebagai Pe giat Literasi Nusantara.

Pada akhirnya banyak guru yang tergerak berliterasi dan memiliki karya buku. Bu Kanjeng merasa bersyukur bisa memotivasi dan menginspirasi banyak orang untuk berliterasi. Bu Kanjeng berharap bisa memberi banyak manfaat untuk orang lain dalam  berbagi ilmu yang dimiliki.

Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional". (HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun