Mendengar kata Kusta, sebenarnya aku agak-agak miris dan gimana gitu... Hal ini dikarenakan bertahun-tahun ketika aku kecil melihat sendiri betapa memilukan  seorang tetangga yang hidup dengan kusta.
Bukan hanya  teman dan tetangga yang menjauhinya, istrinya pun menjauh pergi entah kemana untuk menghindar. Kondisi pasien yang semakin parah tanpa perawatan medis dan kepedulian orang-orang di sekitarnya, membuat kusta yang diderita semakin menjadi-jadi. Bahkan sampai jari- jemarinya putus dan seluruh badanya bengkak melepuh. Kasihan sekali hingga akhirnya pasien meninggal dunia pun hanya orang --orang tertentu yang berani merawat jenazahnya.
Keadaan demikian terjadi karena stigma yang beredar di masyarakat, bahwa kusta adalah penyakit kutukan, menular dan tidak bisa disembuhkan. Astagfirullah,,,,
Pandangan masyarakat sekitar tahun 90-an tersebut, menjadikan pasien kusta  mengalami tekanan yang cukup berat, selain malu, rasa sakit dan juga diskriminasi. Karena pada saat itu memang sosialisasi tentang kusta masih kurang, bahkan dianggap tabu membicarakannya.
Mata dan hati saya jadi benar-benar terbuka setelah belajar dan mendengar Talkshow #SuaraUntukIndonesiaBebasKusta ini, ternyata penyakit kusta tidak selamanya seperti hantu yang harus ditakuti dan dihindari pasiennya. Karena bagaimanapun  pasien kusta adalah manusia biasa , yang butuh empati, disapa dan juga disembuhkan. Kusta bisa disembuhkan jadi tak perlu lagi melakukan diskriminasi dan over thingking dengan pasiennya.
Talkshow yang digelar oleh Netherlands Leprosy Relief  (NLR) Indonesia ( sebuah  yayasan nirlaba non-pemerintah untuk menangani kusta)  bersama Kantor Berita Radio (KBR)  telah memberikan informasi yang benar  tentang kusta, setidaknya akan mengubah  stigma masyarakat tentang kusta, yang selama ini beredar dari mulut ke mulut sehingga menimbulkan hoaks, mitos,dan diskriminasi  pada pasien kusta.
Kusta di Indonesia
Kasus baru kusta di Indonesia sebenarnya mengalami stagnasi dalam 10 tahun terakhir, dengan jumlah kasus mencapai 18.000.  Indonesia sendiri menjadi negara dengan kasus kusta tertinggi ketiga di dunia  setelah India dan Brazil.
Kusta merupakan penyakit yang bisa menimbulkan disabilitas. Pada tahun 2017 yang lalu, angka disabilitas akibat kusta mencapai 6,6 orang per satu juta penduduk. Pemerintah Indonesia mempunyai target untuk menurunkan angka disabilitas kusta kurang dari satu orang per satu juta penduduk.
Penanganan Kusta di Indonesia masih mengalami suatu masalah, terkait sosialisasi tentang apa itu kusta. Dan dampak bila terlambat ditangani, karena kusta termasuk penyakit menular bila tidak segera ditangani.
Pada tahun 2021, dilaporkan adanya peningkatan jumlah pasien kusta baru secara global, yaitu sebanyak lebih dari 140.000 pasien. Hal ini menunjukan bahwa        kegiatan pengendalian kusta telah dilanjutkan atau diperkuat setelah dampak Covid-19 mereda. Meskipun demikian jumlah pasien baru yang tercatat saat ini masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 yang mencapai 200.000 kasus.