Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Istriku Pahlawan Devisa yang Terjerumus

5 Mei 2023   21:39 Diperbarui: 5 Mei 2023   21:42 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber  gambar pribadi kreasi dengan Canva

Lela ternyata tidak ditempatkan di sebuah keluarga seperti perjanjian pada waktu berada di tempat penampungan namun dipekerjakan di sebuah restoran. Pekerjaan Lela setiap hari mencuci mangkok-mangkok dari berbagai ukuran yang ribuan jumlahnya. Hari-hari pertama Lela merasakan capek yang luar biasa, apalagi jam istirahatnya sangat terbatas. Pagi-pagi sekali sebelum restoran buka Lela sudah harus mengelap mangkok-mangkok itu, sampai siang jam 2 siang diberi waktu istirahat kurang dari satu jam untuk makan dan istirahat.

" Mas, aku gak tahan...di sini kerjanya berat sekali, badanku, kakiku dan tanganku capek sekali tapi bagaimana lagi, bosnya galak sekali sering memarahiku bila aku salah sedikit karena kurang memahami bahasanya. Aku sudah berusaha menghubungi agen yang disini, katanya kalau aku pulang aku harus mengganti semua biaya kepergianku yang jumlahnya besar sekali, doakan aku untuk kuat ya, Mas.." Begitu telpon Lela dengan suara terbata-bata menahan tangis dan capek. Hatiku terasa hancur setelah mendapat telpon dari Lela, rasanya tidak rela  istriku mendapat perlakuan semacam itu. Namun aku tetap membesarkan hatinya dan memberinya semangat, karena bagaimana pun itu sudah pilihannya sendiri, aku tak mampu mencegahnya.

Tiga bulan setelahnya Lela menelpon kalau sekarang sudah berganti majikan, ikut dalam sebuah rumah tangga.  Kali ini pun Lela  bekerja tidak sesuai dengan deskripsi kerja yang ditanda-tanganinya. Karena di rumah yang luas terdiri dari 3 tingkat itu hanya dia sendiri yang bekerja. Anggota keluarganya pun banyak, selain suami istri dengan 2 anak, masih ada 2 manula. Walaupun begitu di tempat ini Lela merasa lebih nyaman karena majikannya tidak terlalu cerewet dan galak. Hanya 2 manula, nenek dan kakeknya yang bawel, kata Lela.

Seminggu sekali Lela bisa menelponku dan juga Neta, untuk sekedar melepas rindu lewat suara. Bila hari minggu tiba Lela bisa keluar berkumpul dengan teman --temannya sesama BMI. Banyak acara dan teman baru yang dicerita Lela kepadaku, aku agak merasa lega karena sepertinya Lela sudah bisa menyesuaikan diri dan banyak teman di sana. Lela sudah tampak bahagia, walau pekerjaannya berat.

Sebulan sekali Lela juga mengirim uang untuk keperluan Neta dan sisanya aku tabung. Satu setengah tahun Lela masih setia menelpon dan mengirim uang untuk Putri dan aku, sampai sebuah rumah kecil bisa  mulai dibangun di samping rumah ibuku.  Belum sampai rumah itu selesai pembangunannya kiriman uang dari Lela sudah macet. Kadang tiga bulan baru mengirim uang itupun jumlahnya tak seberapa tidak seperti sebelumnya, aku juga tidak berani menanyakan dan menuntut buat apa uangnya. Dia hanya mengatakan di sana banyak kegiatan yang membutuhkan biaya. Itu saja yang aku tahu, entah kegiatan apa.

Aku harus bekerja keras dan mencari pinjaman sana-sini agar rumah bisa jadi, paling tidak bisa layak untuk ditinggali, jadi nanti kalau Lela pulang sudah tidak tinggal numpang bersama ibuku lagi. Itu yang ada dalam pikiranku, sambil mengharap Lela segera bisa pulang.

Namun sayang beberapa bulan kemudian Lela jarang, bahkan tidak pernah menelfon lagi terakhir kali Lela hanya mau bicara pada Neta saja, tidak mau bicara kepadaku. Aku tak tahu apa kesalahanku, hingga Lela mendiamkan aku. Atau ada sesuatu di sana, yang tidak diceritakan ke aku.

Aku berusaha mencari tahu apa yang terjadi dengan Lela. Dari foto yang dia kirim ke HP anaknya sepertinya dia bukan Lela yang dulu lagi, wajahnya cantik seperti artis Korea, ada tindik di hidungnya, jilbabnya sudah tidak dikenakannya lagi. Lelaku yang cantik kini sudah berubah total. Entah apa yang membuatnya begitu. Aku juga sudah mencari tahu lewat akun Facebook yang dimiliki, rupanya aku sudah diblokir juga.

Aku berusaha mencari tahu lewat Narti, tetangga yang berangkat ke Hongkong bersama Lela dan saat ini juga masih di Hongkong. Narti menceritakan kalau di sana Lela akrab sekali dengan Tora, seorang TKW dari Indonesia juga, mereka akrab sekali kemana-mana berdua, kata Narti Lela pacaran dengan Tora yang juga wanita. 

Deg! hatiku hancur tak terkira, kenapa Lela bisa terjerumus dengan pergaulan seperti itu. Bahkan hampir setiap malam minggu Lela mengikuti pesta-pesta yang diadakan oleh teman-teman Tora. Pesta seks dan minuman keras sudah akrab bagi Tora dan kawan-kawannya, hal itu sudah menular pula pada Lela. Astafirullah..hatiku sangat pedih.

Aku jadi tahu kenapa Lela tidak mau berbicara padaku lagi, dia memilih untuk telpon ke HP Neta langsung. Neta cerita padaku kalau Lela berjanji untuk pulang di hari ulang tahunnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun