Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Surat Terbuka untuk Kampung Halamanku

30 April 2023   22:53 Diperbarui: 30 April 2023   23:07 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dokumentasi pribadi

Hai, Kampung halamanku

Duh, yang lagi happy! Ikutan dong , ayo dibagi-bagi happynya jangan dipendam sendiri entar bisulen loh

Gimana? Apa kabar mereka yang kemarin telah berbondong-bondong datang padamu, pasti kamu terima banyak amplop dong, eh wisit ya kalau bahasamu, atau angpao untuk bahasa mereka. Udah deh, apapun namanya pasti itu  bikin kamu happy kan?

Suka ya, kalau orang-orang kota lagi pada datang, dengar-dengar mereka pada  sukses ya. Iya deh, aku ikut senang tapi yang belum sukses jangan lantas dicuekin, dong!

Wahai Kampung Halaman, sebenarnya siapa sih diantara mereka yang kemarin datang itu paling kamu suka, mereka yang sukses dengan bawa mobil mewah , atau mereka yang suka berbagi untukmu, atau yang  banyak membelanjakan uangnya untuk membeli oleh-oleh buatan wargamu, atau mereka yang pelit cuma pamerin harta doang,  numpang foto-fotoan doang berlatar belakang ke kampunganmu, namun masih buang sampah sembarangan, tangannya digenggam nggak mau berbagi, pelit.

Terus terang, Pung! Kamu itu sering nyebelin. Gimana nggak, dulu ketika aku sedang berpikir harus meninggalkanmu, karena memandang kesuksesan ada di tempat lain (nyatanya banyak orang berpikir begitu kan), Nah, justru orang-orang lain dari luaran sana yang melirikmu, menganggap engkaulah tempat sukses.  Dan nyatanya benar, dia, dia, dan dia itu bener-bener sukses di pelukan kampung halamanku, padahal aku yang terlanjur meninggalkanmu.  Jungkir-balik meraih sukses yang nyatanya zonk , padahal meninggalkanmu itu bukan hal yang mudah, Pung!

Karena kamu tahu sendiri kan, aku lahir, besar di sini , ibu bapakku dan kerabatku ada di sini juga, jadi begitu keluar darimu, akan banyak hal yang harus aku pelajari, aku memulai hal-hal baru, seperti kebiasaan, adat-istiadat , bahasa ( di luaran sana aku nggak bisa ber nggonem, omahem lagi), belum lagi aku harus menahan rindu, dan mengeluarkan biaya tiap tahun untuk mengunjungimu. Kamu sih cuma ketawa-ketiwi dong, Pung! Sebel . Kasih solusi atau apa gitu kek. Sampai akhir aku pulang lagi padamu. Dan kamu terbahak-bahak melihatnya.

Payah, kamu Pung halaman!

Kenapa nggak kau bikin aku sukses di sini aja, sih Pung! Seperti Mbak Santi yang sepuluh tahun yang lalu datang ke sini hanya mengontrak untuk jualan sembako, dan  sepuluh tahun kemudian dia sudah jadi juragan konfeksi, bahkan dia jadi orang terkaya di kampung kita. 

Kamu nggak adil, ah Pung!

Sampai akhirnya aku yakin, kamu sekarang sudah berubah, Pung  Kamu makin cantik, makin menarik, jalan-jalanmu mulus, tak ada lagi rumah berdinding bambu berlantai tanah, yang ada  sepanjang gang rumah-rumah bagus, namun sayangnya kamu makin gersang, Pung. 

Tak kutemukan lagi buah Juwet, buah sawo, pohon Nangka dan sekawanan pohon bambu tempat aku bermain di masa anak-anak, Kamu jadi tak ada bedanya dengan kota, membosankan!

Kamu terlalu jual diri, tak ada lagi tempat untuk bermain layang-layang tempat kita dulu bebas bermain petak umpet dan gedrk. Di sana-sini penuh rumah, rumah dan rumah, penggap jadinya , Pung! Bahkan tak ada lagi anak-anak bermain di luar, mereka tak lagi saling mengenal walau tinggal satu gang.  Tidak seperti aku dulu, hampir anak sekampung kenal semua

Aku ingetin ya, Pung. Sebentar lagi musim panas tiba,  coba simpan mata airmu baik-baik, pastikan nanti semua warga tak ada yang kekurangan air, jangan biarkan lagi bila ada orang-orang menebang pohon-pohon sembarangan, biarkan burung-burung berumah pada pohon-pohon mangga depan rumah

Pung, ijinkan aku tetap disini ya,  aku ingin menghabiskan masa tuaku disini. Aku sudah capek hidup di luaran sana, Pung

Aku ingin mengubur mimpi-mimpiku dengan tanah masa lalu, aku sudah tak ingin bermimpi lagi , Pung  Aku ingin membebaskan diriku dari  cita-cita masa lalu di luar sana, untuk kemudian hidup apa adanya.  Melangkah tanpa beban lagi, ijinkan aku untuk melihat anak-cucuku di sini saja !

Mari kita bangun bersama -sama, Pung! 

Kudus, 30 April 2023

Sri Subekti Astadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun