Hari kedua kegiatan Kudus  On The Spot Famtrip Jum'at, tanggal 17 Maret 2023 adalah kita mengunjungi 4 destinasi wisata di Kudus. Jadi pagi itu setelah sarapan di @Home hotel kita sudah disediakan 2 bis yang akan peserta untuk tour .
Jam 08.00 pagi bis sudah siap berangkat dari halaman hotel, kita menuju ke Museum Kretek yang berjarak 30 menit perjalanan, Karena Museum berada di Jl. Getas Pejaten No. 155, Getas, Getas Pejaten, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus Jawa Tengah 59343, jadi agak muter sedikit kalau menggunakan bis, lain lagi kalau dengan sepeda motor bisa lebih dekat.
Waktu buka museum tiap hari dari jam : 07.30- 16.00 WIB. Museum ini didirikan di atas lahan seluas 2 hektar, dengan pembiayaan awal dari Persatuan Pengusaha Rokok Kudus (PPRK). Museum ini didirikan atas prakasa dan diresmikan oleh Soepardjo Roestam, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, pada 3 Oktober 1986. Gagasan mendirikan museum kretek muncul saat gubernur melihat potensi usaha kretek yang menggerakkan perekonomian Kudus.Â
Didirikannya Museum Kretek untuk menyimpan dokumentasi perkembangan Kretek di Kudus dan tanah air. Pada awalnya museum dikelola oleh PPRK  namun sempat terbengkalai hingga akhirnya pengelolaan museum diserahkan dan  dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus dengan harapan agar bisa menjadi wisata yang rekreatif dan edukatif dalam perkembangannya.
Museum Kretek merupakan satu-satunya museum rokok yang ada di Indonesia, di museum ini kita akan diperkenalkan sejarah kretek hingga proses produksi rokok kretek, mulai dari pembuatan secara manual maupun yang sudah menggunakan teknologi modern. Keberadaan museum kretek bukan hanya untuk menyimpan koleksi sejarah mengenai kretek, menyimpan dokumentasi perkembangan kretek dari masa lalu hingga sekarang.
Keberadaan museum untuk mengingatkan kita bahwa kretek  adalah  salah satu simbol perjuangan bangsa, karena sejarah bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari keberadaan kretek. Sehingga keberadaan museum kretek akan membuka kesadaran untuk melindungi kretek sebagai salah satu simbol sejarah bangsa Indonesia.
Sejarah kretek sendiri bermula kisah yang terjadi pada tahun 1890 an, tentang sosok H. Jamhari yang mempunyai penyakit asma akut,  berbagai metode pengobatan dilakukan namun belum berhasil. Namun setelah mencoba meracik campuran tembakau dan cengkeh, lalu dibungkus dengan daun jagung yang sudah kering, terus dibakar dan dihisap  hasilnya  setelah dilakukan berulang-ulang ternyata penyakit asmanya mulai reda. Proses pembakaran yang menimbulkan bunyi 'kretek-kretek' sehngga produk ini dinamakan kretek.
Kabar  mengenai racikan H. Jamhari yang sembuh asmanya karena kretek tersebar luas di masyarakat, sehingga permintaan rajikan H.Jamhari meningkat. Sejak itulah H. Jamhari mulai memasarkan hasil racikannya secara luas dan besar. Yang menjadi tonggak sejarah kretek di tanah air.
Museum Kretek menyimpan 1.195 koleksi mengenai sejarah kretek di Kudus. Seperti kiprah Nitisemito yang dijuluki sebagai Raja Kretek dengan Pabrik Rokok Bal Tiga, terdapat pula bahan dan peralatan tradisional rokok kretek, foto para pendiri pabrik kretek dan hasil produksinya. Ada juga koleksi benda-benda promosi kretek di masa lalu hingga sekarang. Ada diorama proses pembuatan rokok kretek. Keberadaan benda-benda bersejarah dalam museum, bukan hanya sekedar untuk koleksi saja, namun harus ada kajian yang bisa memberikan narasi yang jelas tentang koleksi tersebut.
Terakhir saya ikut kajian barang peninggalan dari pabrik rokok Klampok , namun rupanya belum ada di ruang pamer karena masih memerlukan kajian lebih lanjut.
Kali ini sudah kedatangan saya yang ke 5 kalinya ke museum ini,  2  kali karena ada event, 2 kali karena mengantar teman dari luar kota dan  sekali saya datang karena rasa penasaran.  Sebenarnya ada apa sih yang dipamerkan di Museum Kretek ini. Setelah beberapa kali aku datang, baru aku mengerti kalau sebenarnya di Museum Kretek inilah aku bisa mengenang kejayaan masa lalu kotaku.
Masuk ke museum kita harus membeli tiket terlebih dahulu senilai Rp 4.000,- pada hari biasa dan Rp 5.000,- pada hari minggu/libur, untuk  yang  membawa kendaraan  bisa parkir di  halaman museum yang cukup luas dan rindang. Kita perlu mengisi buku tamu terlebih dahulu, agar kedatangan kita bisa menjadi bahan kajian untuk mengembangkan museum.
Nitisemito
Di bagian depan museum ada ruang khusus untuk mengenang kejayaan Nitisemito yang mendapat julukan Raja Kretek. Masa kejayaan Nitisemito terjadi sekitar tahun 1914-1938, dengan pabrik rokok Bal Tiga saat itu Nitisemito memiliki sekitar 10.000 pekerja dan memproduksi 10 juta batang rokok tiap harinya. Pabrik rokok Bal Tiga pada saat itu sudah dikelola secara profesional, bahkan berani memperkerjakan orang Belanda sebagai tenaga pembukuan, padahal pada saat itu orang pribumi banyak yang mejadi budak Belanda namun bagi Nitisemito yang notabene pribumi justru yang memperjakan orang Belanda.
Nitisemito tercatat sebagai pengusaha pertama yang melakukan promosi dengan menyewa pesawat Fokker untuk menyebar pamflet rokok dagangannya. Nitisemito juga memberi hadiah-hadiah menarik pagi pelanggannya dengan piring, gelas, radio dan barang-barang lain yang terbagus pada waktu itu. Hal ini merupakan inovasi dan strategi dagang yang luar biasa pada jaman itu.
Namun kejayaan Nitisemito berakhir setelah beliau wafat pada tahun 1953 tidak ada generasi penerusnya, dan terjadi perselisihan  di antara ahli warisnya. Begitulah kisah kejayaan industri kretek pada waktu itu, dan sekarang masa kejayaan kretek di Kudus  ada di pabrik Djarum. Disamping beberapa industri kretek lain seperti Nojorono, Sukun dan sebagainya.
Satu persatu koleksi yang ada di ruang pamer dijelaskan oleh pemandu yang berasal dari museum, mulai dari peralatan perajang tembakai baik yang tradisional maupun modern, botol-botol bekas saos yang memberi cita rasa rokok, memperlihatkan tahun dan asal saos itu diproduksi.
Diorama tentang kegiatan di dalam pabrik rokok, membuat kita tahu proses pembuatan rokok dari hulu ke hilir. Merk-merk kretek dan klobot baik yang usah lama tak diproduksi lagi maupun yang masih diproduksi ada juga di ruang pamer museum. Patung --patung kegiatan di pabrik rokok, seperti melinting, mbatil yang merupakan kegiatan para pekerja pabrik rokok yang semua dikerjakan oleh wanita.
Rumah Adat Kudus
Di halaman sebelah kiri museum kretek terdapat bangunan rumah joglo pencu yang merupakan rumah adat asli Kudus. Bangunan rumah terbuat dari kayu yang diukir dengan motif kudusan, di bagian depan atau ruang tamu atau njobo satru terdapat 2 set meja kursi tamu dari kayu dan meja pualam. Satu set digunakan untuk tamu laki-laki dan satu set untuk tamu perempuan. Bagian dalam ada ruang tengah, kamar dan dapur yang ada di samping rumah, sedangkan sumur atau kamar mandi ada di depan rumah yang merupakan bangunan tersendiri. Begitulah rumah orang Kudus pada umumnya saat itu.
Setelah sekitar satu jam para peserta Kudus On The Spot Famtrip mengeksplore museum kretek, tiba saatnya untuk foto bersama dan kembali ke bis untuk melanjutkan perjalanan tour selanjutnya ke Museum Jenang Gusjigang.
Tentang Museum Jenang Gusjigang akan saya tulis kemudian ya..
Terima kasih sudah mengikuti tour di kota kami.
Salam hangat
Sri Subekti Astadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H