Museum Kretek menyimpan 1.195 koleksi mengenai sejarah kretek di Kudus. Seperti kiprah Nitisemito yang dijuluki sebagai Raja Kretek dengan Pabrik Rokok Bal Tiga, terdapat pula bahan dan peralatan tradisional rokok kretek, foto para pendiri pabrik kretek dan hasil produksinya. Ada juga koleksi benda-benda promosi kretek di masa lalu hingga sekarang. Ada diorama proses pembuatan rokok kretek. Keberadaan benda-benda bersejarah dalam museum, bukan hanya sekedar untuk koleksi saja, namun harus ada kajian yang bisa memberikan narasi yang jelas tentang koleksi tersebut.
Terakhir saya ikut kajian barang peninggalan dari pabrik rokok Klampok , namun rupanya belum ada di ruang pamer karena masih memerlukan kajian lebih lanjut.
Kali ini sudah kedatangan saya yang ke 5 kalinya ke museum ini,  2  kali karena ada event, 2 kali karena mengantar teman dari luar kota dan  sekali saya datang karena rasa penasaran.  Sebenarnya ada apa sih yang dipamerkan di Museum Kretek ini. Setelah beberapa kali aku datang, baru aku mengerti kalau sebenarnya di Museum Kretek inilah aku bisa mengenang kejayaan masa lalu kotaku.
Masuk ke museum kita harus membeli tiket terlebih dahulu senilai Rp 4.000,- pada hari biasa dan Rp 5.000,- pada hari minggu/libur, untuk  yang  membawa kendaraan  bisa parkir di  halaman museum yang cukup luas dan rindang. Kita perlu mengisi buku tamu terlebih dahulu, agar kedatangan kita bisa menjadi bahan kajian untuk mengembangkan museum.
Nitisemito
Di bagian depan museum ada ruang khusus untuk mengenang kejayaan Nitisemito yang mendapat julukan Raja Kretek. Masa kejayaan Nitisemito terjadi sekitar tahun 1914-1938, dengan pabrik rokok Bal Tiga saat itu Nitisemito memiliki sekitar 10.000 pekerja dan memproduksi 10 juta batang rokok tiap harinya. Pabrik rokok Bal Tiga pada saat itu sudah dikelola secara profesional, bahkan berani memperkerjakan orang Belanda sebagai tenaga pembukuan, padahal pada saat itu orang pribumi banyak yang mejadi budak Belanda namun bagi Nitisemito yang notabene pribumi justru yang memperjakan orang Belanda.
Nitisemito tercatat sebagai pengusaha pertama yang melakukan promosi dengan menyewa pesawat Fokker untuk menyebar pamflet rokok dagangannya. Nitisemito juga memberi hadiah-hadiah menarik pagi pelanggannya dengan piring, gelas, radio dan barang-barang lain yang terbagus pada waktu itu. Hal ini merupakan inovasi dan strategi dagang yang luar biasa pada jaman itu.
Namun kejayaan Nitisemito berakhir setelah beliau wafat pada tahun 1953 tidak ada generasi penerusnya, dan terjadi perselisihan  di antara ahli warisnya. Begitulah kisah kejayaan industri kretek pada waktu itu, dan sekarang masa kejayaan kretek di Kudus  ada di pabrik Djarum. Disamping beberapa industri kretek lain seperti Nojorono, Sukun dan sebagainya.
Satu persatu koleksi yang ada di ruang pamer dijelaskan oleh pemandu yang berasal dari museum, mulai dari peralatan perajang tembakai baik yang tradisional maupun modern, botol-botol bekas saos yang memberi cita rasa rokok, memperlihatkan tahun dan asal saos itu diproduksi.