Net Zero Emissions Dimulai Dari Diri Sendiri
Sebagai hamba Allah, kita wajib untuk tidak membuat kerusakan di muka bumi sekecil apapun. Sebuah tindakan perlu kita pikirkan akibatnya, bila itu membawa dampak yang kurang baik untuk alam sebaiknya kita tinggalkan.
Alhamdulillah, kami sekeluarga masih bisa mempertahankan pohon-pohon di halaman rumah, di saat para tetangga sibuk memenuhi tanahnya dengan bangunan baru.Â
Dua pohon mangga di depan rumah, dan satu pohon mangga, pohon sukun, dan pohon-pohon lainnya di belakang rumah kami pertahankan keberadaannya. Selain tanaman-tamanan hias dan sayuran yang bisa kita manfaatkan untuk kebutuhan masak-memasak. Akibat baik yang saya rasakan saat siang terik tak perlu ada AC cukup buka jendela dan pintu biarkan oksigen dari pepohonan  yang menyejukkan, artinya kita bisa menghemat pemakaian listrik penggunaan AC. Â
Selain menerima manfaat dari buah-buahan yang  dipetik  dari halaman rumah. Walaupun untuk itu kita harus lebih rajin menyapu dan merapikan tanaman, anggap saja sebagai olahraga.
Mulailah menyadarkan diri sendiri dan keluarga, untuk disiplin memelihara alam. Sebagai ibu rumah tangga, sebisa mungkin kita memasak secukupnya tidak meninggalkan sisa, selain menjadi boros sisa makanan akan menambah emisi karbon di bumi ini. Kalau terpaksa sisa bisa kita daur ulang menjadi makanan binatang atau ayam.Â
Sisa-sisa nasi bisa kita olah menjadi kerupuk atau jajanan yang mempunyai nilai ekonomi, daripada dibuang begitu saja. Biasakan untuk selalu membawa wadah sendiri saat belanja, untuk mengurangi pemakaian kantong plastik sekali pakai. Bila sedang keluar rumah anak-anak dan suami , saya biasakan membawai mereka tumblir tempat minum agar tidak minum botol minum plastik sekali pakai.
Selain tetap membiarkan tumbuhan hidup di lingkungan rumah, saya juga tetap membiarkan bebatuan besar-besar tetap berada di tempatnya di area perkebunan kami yang terletak di kaki gunung Muria. Karena mengambil  batu-batu tersebut akan membuat tanah longsor karena tidak ada penahannya sama saja merusak alam. Â
Secara ekonomi bebatuan itu akan laku dijual dan menghasilkan uang, namun tanpa kita sadari nilai ekonomi yang kita dapat tak sebanding dengan bencana yang mengintai.
Saya pernah mengikuti kegiatan penanaman pohon mangrove di pantai Mangkang Semarang, yang sebelumnya rusak karena adanya tambak-tambak udang dan ikan sehingga terjadi abrasi air laut di sepanjang pantai. Syukurlah sekarang mulai hijau kembali dengan adanya mangrove dan ekosistem  juga mulai tumbuh dengan baik.Â