Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Net Zero Emissions, Bebas Emisi Itu Dimulai dari Diri Sendiri

21 Oktober 2021   20:25 Diperbarui: 21 Oktober 2021   20:55 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kenyataannya banyak manusia yang alpa, karena kebutuhan, keserakahan dan gaya hidup yang tak peduli dengan alam dan lingkungan. Adanya Revolusi Industri  tahun 1750  ditandai dengan penemuan mesin uap dan pemakaian bahan bakar fosil, konsentrasi rumah kaca naik hampir dua kali lipat, selama tiga abad. 

Padahal 10.000 tahun sebelumnya, konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer stabil di angka 280 ppm sedangkan kini 414,3 ppm. Suhu bumi naik 1,2 derajat Celsius.  

Andai saja net-zero emissions berhasil diwujudkan pada tahun 2050, suhu bertambah 1,5 derajat Celsius, kenaikan suhu yang masih bisa ditoleransi oleh makluk hidup terutama manusia. Namun bumi masih tetap menghangat karena emisi yang kita produksi hari ini dan selama tiga abad terakhir.

Timbal balik perdagangan karbon yang digagas oleh negara-negara yang memproduksi karbon dirasa tidak adil, karena negara-negara industri seolah-olah cuci tangan, dan menyerahkan tanggung-jawab pemeliharaan hutan, alam dan lingkungan kepada negara berkembang yang telah mengupayakan penyerapannya karbon sedang mereka terus memproduksinya. 

Yang lebih adil adalah mereka harus menaikkan bauran energi terbarukan untuk keperluan industri, tidak  selalu menggantungkan dari energi fosil saja. Sehingga net-zero emissions bisa tercapai di bumi ini pada 2050 nanti.

Sebagai orang yang pernah hidup di area pertambangan, saya begitu miris bila mendengar deru mesin-mesin penumbang pohon. Baik yang lakukan masyarakat maupun perusahaan, hati saya sangat pilu namun apalah daya tak mungkin saya mencegahnya.  Menebangi pohon tanpa menggantikan dengan menanam pohon yang baru, sama saja kita mempunyai andil untuk memperbanyak emesi di bumi. 

Bahkan rehabilitasi hutan yang lakukan oleh perusahaan-perusahaan pertambangan besar tidak sebanding dengan luas area hutan yang mereka hancurkan untuk digali tanahnya dan dikeruk bahan bakar fosil di dalamnya. 

Belum lagi perusahaan-perusahaan tambang ilegal yang membiarkan dan meninggalkan tanah bekas galian begitu saja tanpa menanami apapun. Belum lagi perusahaan-perusahaan kelapa sawit, yang luasnya melebihi hutan lindung yang sekarang masih ada.

Memang menjadi delema kita butuh kegiatan  yang menumbuhkan perekonomian, namun dari segi lain mereka adalah penyebab emesi di bumi tidak tertangkap oleh tanaman. Karena banyaknya jumlah tanaman yang mereka musnahkan.

Dunia memang fana, namun kita janganlah ikut-ikutan mempercepat kefanaan ini. Dengan merusak hutan, menebangi pohon sembarangan, merusak pantai dengan membabati hutan mangrove menjadi tambak ikan dan udang, menutup semua permukaan tanah dengan bangunan tanpa ada biopori, menyisakan makanan, memakai bahan plastik sekali pakai yang menimbulkan sampah plastik yang menggunung.  

Net Zero Emissions akan tercapai bila kita kerja keras bahu-membahu agar krisis iklim, pemanasan global dan bencana alam tidak terus-menerus menghantui, dengan diimbangi ilusi pertumbuhan ekonomi dengan proteksi lingkungan yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun