Sayup-sayup kokok ayam terdengar dari kejauhan, pertanda Adzan subuh segera terdengar. Walau mata berat dan badanku terasa tertikam gada, aku harus segera bangun untuk mengemasi barang-barangku.
Pagi ini aku menyewa Colt Pick-up untuk mengangkut barang-barang yang masih tersisa. Rasa sedih dan berat meningalkan rumah ini harus segera aku hapus. Karena pembeli akan segera merobohkan rumah ini, dan mengganti bangunan baru yang tentu akan berkesan modern. Semua cerita tentang rumah ini, mungkin juga hanya akan tersisa sebagai kenangan saja.
***
Ketika sedang mengemas barang-barang untuk dinaikan ke mobil, ada sebuah mobil masuk ke halaman. Aku kira pembeli rumah ini, ternyata tidak.
" Selamat pagi, Bu"
"Selamat pagi juga, Pak. Ada apa ya?"
"Saya dari Keluarga Soelarso, apa benar ibu mau menjual seperangkat gamelan."
"Maaf, Bapak. Saya tidak menjual tetapi menitipkan sampai batas waktu tak terkira, dan silakan gamelan dipergunakan dan manfaatkan," Â jelas saya. Karena bagaimana pun saya harus bisa memegang amanat bapak, untuk tidak menjual gamelan ini dalam keadaan sesulit apapun.
" Baiklah, Bu. Saya setuju. Nanti kita bikin surat perjanjian. Saya akan memanggil armada untuk mengangkut gamelan Ibu. Ibu bisa ikut kami, agar  tahu kenama gamelan ini dibawa"
" Saya setuju dan mengucapkan terima-kasih. Saya akan mengemasi barang-barang saya dahulu. Kemudian kita memberesi gamelan itu."
"Ibu tidak perlu kuatir, kami sudah menyuruh beberapa orang untuk mengemasi dan menaikan gamelan itu ke truck ."