Belum sempat Bram memberikan air minum yang diminta Aluna, Bram melihat kobaran api yang sudah menjilat hampir seluruh ruangan depan rumahnya. Entah dari mana datangnya  api, Bram kurang begitu mengetahui. Bahkan korden-korden serta pembaringan Aluna sudah termakan api yang cepat sekali  menjalar.
Aluna harus selamat itu saja yang ada dalam pikiran Bram. Kurang sepersekian detik saja mungkin Aluna sudah tak bisa diselamatkan lagi.
Hawa panas yang dirasakan Aluna sudah menjalar di sebagian wajahnya. Namun Aluna tetap tak mampu untuk bangkit dan berlari menyelamatkan diri.
Untunglah cengkraman tangan kanan Bram segera menyeretnya menjauh dari api, sambil tangan kiri  Bram berusaha mematikan api yang menghanguskan sebagian rambut Aluna dan juga wajahnya.
Aluna....
Aluna...
Hanya dengusan kecil Bram menyebut Aluna, setelah itu tanpa suara Bram memanggul gadis itu lari menjauh dari rumahnya yang sudah terbakar separo.
"Kita harus segera pergi. Ada seseorang yang membakar rumah ini'" kata Bram sampil setengah menyeret tubuh Aluna yang belum pulih sempurna kesadarannya.
Di halaman belakang yang luas dengan aneka tanaman seperti, mangga, apel , pohon matoa dan sebagainya, tak ada seorang pun yang mengetahuiÂ
Di sana ada pintu masuk ke bunker yang di hubungkan dengan tangga besi. Sebuah ruangan bawah tanah yang merupakan warisan dari leluhur keluarga Bram. Â Bram segera menuju kesana . Dia sengaja meletakkan sebuah kunci rahasia di sekitar sana, untuk mempermudah masuk ke dalam bunker dalam keadaan darurat.
Lewat pintu rahasia Bram segera Masuk sambil memanggul Aluna. Sampai di tempat yang aman Bram segera membersihkan wajah aluna yang terkena jilatan api. Dengan peralatan kedokteran sederhana yang sengaja disediakan di dalam bunkernya. Untunglah Bram pernah menempuh pendidikan di Kedokteran sebelum akhirnya bergabung dengan Kepolisian. Jadi tahu cara mengatasi luka bakar dengan baik, agar rasa sakit tak begitu hebat. Dan luka bakar tak menjadi berair.
Bram berpikir keras  bagaimana caranya membawa Aluna ke Singapura, untuk menjalani operasi wajah yang terkena jilatan api itu. Sekalian mengubah sedikit wajah Aluna, agar terlahir Aluna yang baru.
Bram ingin sekali menghapus semua jejak Aluna dari kejaran masa lalunya.
Setelah dirasa aman, Bram segera membawa Aluna keluar dari bunker dan segera menuju bandara. Jabatannya di Kepolisian, mempermudah Bram membawa Aluna yang masih  dibalut perban di bagian wajahnya. Dengan alasan darurat dan keselamat medis, Bram berhasil melewati keimigrasian dengan mudah.
Setelah beberapa kali menjalani operasi plastik di Singapura, wajah Aluna seperti terlahir kembali sebagai gadis cantik , anggun dan jelas berbeda dari Aluna semula. Bram berharap tak ada lagi yang mengenali Aluna, sehingga Aluna bisa hidup tenang dari kejaran masa lalunya.
Perlahan Bram mengajari Aluna perilaku sebagai gadis yang baik, berperilaku santun, dan mengajarkan agama pada jiwa Aluna yang gersang. Dengan mengundang ustazah ke rumah yang terletak jauh dari keramaian kota. Dan mengganti nama Aluna dengan  Ayesha Afra. Agar Aluna benar-benar terlahir bukan hanya dengan wajah baru, namun juga budi pekerti dan kesantunan yang baru.
Sedikit demi sedikit Aluna mulai menghapus masa lalunya. Tak ada lagi dendam yang dulu selalu membakar hatinya. Kedekatan Aluna dan Bram juga segera diresmikan sebagai sepasang suami istri. Agar Bram bisa memberi perlindungan penuh  terhadap Ayesha dari gangguan siapa pun termasuk Rafeal yang masih terus memburunya. Dan seperti telah kehilangan jejak Aluna.
" Ayesha...apakah kau bahagia saat ini , " bisik Bram saat mereka sedang bercengkerama di peraduan mereka.
" Iya... Terima kasih Bram, engkau telah melahirkan aku kembali, sebagai manusia baru".  Jawab Ayhesa yang sekarang sudah menjadi Nyonya Bramantyo  Suryo Kusumo.
Mereka berdua tampak begitu bahagia dan serasi. Apalagi dengan  hijap dan gamis panjang yang sekarang menjadi menjadi busana Ayesha sehari-hari. Aluna sudah benar-benar berubah dan terlahir kembali sebagai Ayesha, wanita sholehan pendamping hidup  Bramantyo Suryo Kusumo.
Bersambung....
Kudus, 2 Â Desember 2018
Salam hangat,Â
Dinda Pertiwi
******
ikuti juga
Kupu-kupu di Sudut Kota
Aku Aluna, Bukan Pembunuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H