Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[ Tantangan Menulis Novel 100 Hari FC ] Mendulang Asa di Bumi Borneo /12/

23 April 2016   21:31 Diperbarui: 11 Oktober 2016   11:07 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="FC"][/caption]

Jam 7 pagi Bos Damang dan Sofian sudah berada di Kantor KSP Tanjung, sambil menunggu Mikun datang, Sofian menyerahkan Surat Pengunduran Diri pada Bos Damang.

“ Saya ingin masalah segera selesai Bos, agar saya meninggalkan KSP Damai dengan tenang tanpa beban yang mengganjal. Silahkan Bos periksa rekening-rekening saya dan istri , ini saya bawa buku rekening, atau Bos bisa datang ke rumah apa yang kami miliki, karena sejak Imoeng datang kemari usahanya semakin lancar, jadi kami bisa memebeli sebidang tanah dan membangun rumah seperti sekarang ini, juga berkat bantuan Bos Damang secara langsung “ kata Sofian pada Bosnya.

“ Iya ..Mas, saya tahu saya tak akan menuduh Mas Sofian macam-macam, makanya saya tantang Mikun agar dia berani mempertanggung-jawabkan ucapannya kemarin, ditambah biar hal yang tidak jujur jangan diulangi lagi, apalagi kita bergerak di bidang keuangan, kalau tidak jujur lambat laun bisa menggerogoti usaha ini.” Jawab Bos Damang menyakinkan.

“ Iya..Bos, Bos harus hati-hati mempunyai karyawan seperti itu, saya juga merasaka kecolongan punya anak buah seperti itu tidak mengetahui dari dulu “ jelas Sofian.

“ Kita tunggu saja, kalau sampai jam 8 Mikun tidak datang , berarti dia mempunyai itikat yang tidak baik, aku akan segera memecatnya “.

“ Iya..jangan-jangan Mikun sudah pulang ke Balangan dan siap-siap melarikan diri “

“ Betul Mas, aku telpon Sriono saja, apa Mikun sudah sampai di sana, biar dia yang mencegah Mikun untuk melarikan diri. Biar Sriono juga mengamankan uang KSP Balangan yang selama ini dibawa Mikun juga,” kata Bos Damang, sambil menggambil hp yang ada di dalam saku bajunya dan langsung menelpon Mikun.

Berkali-kali bunyi dering meamanggil tetapi Mikun tidak mau mengangkatnya juga, padahal dia tahu kalau itu yang menelpon adalah Bosnya.

Mikun memang sedang dalam perjalanan menuju ke Banjar untuk segera pulang ke Jawa.

“ Buat apa aku meneruskan bekerja di sini kalau sepertinya Bos Damang lebih memihak pada Sofian dari pada percaya pada aku “ Pikir Mikun.

Setelah acara Pertemuan kemarin, Mikun langsung pulang ke Balangan dan mengemasi semua pakaiannya, pagi-pagi sekali dia menemui Nasabah yang janji akan menemuinya. Nasabah itu rupanya mau melunasi cicilannya yang masih tersisa 10 bulan di KSP Damai dan mengambil kridit baru yang lebih besar.

Uang cicilan 10 bulan dari nasabah diambil oleh Mikun selanjutnya Mikun meluncur menuju Ke Banjarbaru ke Bandara Samsudin Noor, untuk pulang ke Jawa, atau kalau perlu dia akan bersembunyi dulu di rumah saudara di suatu desa di lereng gunung Muria.

Sriono setelah mendapat penjelasan dari Bos Damang segera menyusul ke KSP Damai Balangan yang letaknya bersebelahan dengan rumah yang ditempati Mikun.

Menurut keterang Acil yang tinggal di rumah sebelahnya Pak Mikun sudah pergi pagi-pagi tadi, entah kemana Acil itu tidak tahu.

Perasaan Sriono semakin tidak enak ketika di kantor KSP sudah ada nasabah yang kemarin hendak ditemuinya.

“ Pak tadi ulun sudah membayar semua cicilan pada Pak Mikun, katanya sekarang saya boleh mengambil kridit baru lagi, ulun lagi butuh dana yang lumayan banyak buat usaha baru ulun ,”

Belum sembat ditanya nasabah itu seduh menceriterakan apa yang dikawatirkannya.

“ Maaf Pak, kapan bapak membayarkan semua cicilan pada Pak Mikun?” Tanya Sriono pada nasabah dengan nada cemas.

“ Baru pagi tadi Pak ae…Pak Mikun sendiri yang datang ke rumah ulun “

“ Maaf Pak…sekarang Pak Mikun gak ada di tempat, saya sedang mencarinya sekarang “

“ Terus bagaimana..ulun Pak ae..?”

“ Tunggulah…Bapak silakan pulang dulu, kami akan menyelesaikan masalah dengan Pak Mikun dulu ya..” jelas Sriono pada nasabah itu.

Setelah nasabah itu pulang Sriono segera menelpon Bos Damang untuk mengabarkan yang telah terjadi dan langkah apa yang harus dilakukannya.

“ Bos ternyata kekawatiran kita terjadi, Pak Mikun sudah pergi dan pagi-pagi tadi dia ke rumah nasabah untuk mengambil uang pelunasan cicilan 10 bulan, karena rencananya  si nasabah hendak mengambil kridit baru lagi, baru saja disini dan menanyakannya pada saya, tapi sidah aku suruh untuk pulang dulu sekarang,”

“ Baik Pak, saya akan segera menghubungi petugas keamanan bandara, agar mengamankan Pak Mikun sebelum dia bisa lari dari sini, “ jawab Bos Damang.

Bos Damang segera menghubungi petugas bandara yang menjadi temannya, untuk kemudian minta bantuan untuk mengamankan pak Mikun bila sudah masuk ke Bandara.

Bos Damang dengan didampingi oleh Sofian segera, mengejar Mikun dengan mengendari mobil yang cukup kencang. Tujuannya langsung ke bandara Samsudin Noor, karena Bos Damang yakin kalau Mikun pasti menuju kesana untuk kemudian pulang ke Jawa.

Sriono dan nasabah yang telah membayarkan uang pelunasan cicilan juga bergerak menuju ke Banjar, untuk menjadi saksi kalau nanti kasus ini ditangani oleh pihak Kepolisian Bandara.

Mikun dengan mengendarai sepeda motor melaju dengan kencang, karena tidak ingin ketinggalan penerbangan ke Semarang untuk hari itu, pada jam 13.40 siang. Dia rupanya tidak memperhitungkan kalau perbuatannya bisa diketahui Bos Damang lebih cepat, sehingga saat ini dia sudah menjadi buronan.

Sampai ke Bandara Mikun langsung menuju loket sebuah Maskapai penerbangan untuk membeli tiket pesawat untuk penerbangan siang itu juga. Dan ternyata di loket tiket yang dicari sudah habis, tak lama kemudian Mikun didekati oleh seorang calo tiket, yang menawarkan tiket ke Semarang untuk penerbangan hari itu dengan harga yang lebih mahal.  Buat Mikun berapun harga tiket itu tidak menjadi soal yang penting bisa selamat sampai di Jawa dulu.

Baru selesai transaksi dengan seorang calo, Mikun didekati oleh 2 orang petugas keamanan Bandara. Mikun mengira petugas kepolisian itu mendekatinya karena telah membeli tiket lewat calo. Mikun diminta untuk masuk ke kantor keamanan bandara.

“ Maaf Pak, tolong saya lihat KTP nya “

Mikun segera mengeluarkan KTP tanpa prasangka apapun.

“ Benar Pak Mikun ya.., saya harap bapak disini dulu sambil menunggu petugas kepolisian datang beserta Pak Damang.  “

Mikun segera deg, ‘ kenapa Bos Damang menyusulnya kemari, apa dia sudah tahu kalau saya membawa uang nasabah ya, ‘ pikir Mikun.

Mikun ingin segera bisa melarikan diri keluar dari ruangan itu, dengan mengalihkan perhatian petugas keamanan itu, Namun sayang rupanya pintu kantor keamanan itu telah dikunci.

Tak lama kemudian Bos Damang, Sofian disertai dua petugas kepolisian datang masuk ke kantor keamanan Bandara.

“ Pak Mikun..maumu apa..?” Bos Damang langsung menyapa Mikun dengan nada tinggi.

“ Anu..pak…anu…saya mau pulang, karena istri saya telpon kalau si bungsu sakit, saya disuruh pulang “ kata Mikun ngeles.

“ Sudah Pak tak usah berbelit-belit, kamu akan segera dibawa ke kantor polisi, nunggu Pak Sriono yang akan segera datang beserta nasabah yang telah menyerahkan uangnya pada kamu, apa kamu mau berkelit lagi...”

“ Ampun ..Bos, saya hanya akan pinjam saja uang itu…besok saya kembalikan kalau anak saya sudah sembuh “ kata Mikun yang masih berusaha berkelit.

Tak lama kemudian Sriono dan nasabah yang dimaksud sudah datang masuk ke ruangan itu. Mikun sudah tak bisa apa-apa setelah salah seorang polisi membentaknya.

Mikun segera digelendeng ke kantor Polsek dekat Bandara. Dengan menggunakan mobil polisi. Dos Damang dan lainnya mengikuti ke kantor Polsek untuk membuat laporan, dan menghadirkan saksi, agar Mikun segera diproses secara hukum.

 

 

 

Kudus, 23 April 2016

'salam fiksi'

Dinda Pertiwi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun