Tetapi bagaimanapun juga Imoeng masih memikirkan Dwi, anak nomer 2 dari perkawinannya yang bertama itu. Karena ternyata Dwi di Kudus, tidak mau sekolah dan tidak mau tinggal bersama keluarga saudaranya tetapi lebih memilih tinggal bersama teman-temannya, yang belum tentu baik pergaulannya.
Imoeng melanjutkan aktifitasnya untuk membuat keripik dan rempeyek  kembali, sedang untuk telur asinnya, dia harus memasan telur itik mentah dulu. Karena Imoeng ingin meningkatkan jumlah produksi telur asinnya. Banyak toko-toko dan warung yang sudah memesannya. Kalau awalnya hanya membuat 30 buah telur asin, sekarang dia sudah memproduksi hampir 100 buah telur asin setiap 3 hari, untuk itu dia membayar satu orang untuk membantu memcucikan telur asinnya.
KSP yang dipercayakan pada Sofian juga semakin berkembang pesat, bukan hanya yang ada di Tabalong tapi hampir semua yang ada di setiap kota di Kalimantan Selatan maju dengan pesat. Sofian juga harus mondar mandir untuk mengecek dari satu kota ke kota lain. Â Kadang-kadang dia juga mengajak anak istrinya bila menuju ke kota yang lumayan jauh, seperti ke Sungai Danau atau ke Kotabaru, sekalian mengajak keluarganya berlibur mengenal kota-kota di Kalimantan Selatan.
Terus peristiwa apalagi yang harus dijalani Imoeng dan keluarganya….tunggu kelanjutannya ya…
Â
Â
sumber gambar : FC
Â
Kudus, 19 Maret 2016
'salam fiksi'
Dinda Pertiwi